Jumat, 30 Desember 2011

Refleksi diri

Seiring berjalannya waktu, dosa-dosa pun menumpuk. Bagaikan kaca yang penuh dengan noda-noda hitam Walaupun kecil namun tatkala banyak , tertutup juga Tak bisa kugunakan bercermin. Tingkah polah kita terkadang membuat sakit orang lain Mengurangai tabungan amal yang kita kumpulkan Asyik saat kita menumpuk dosa-dosa Dengan berkata yang tidak semestinya tentangnya Cermin itu lama tak ku usap Hingga tebal debu menutupinya Basuhlah dengan sedikit air mata Bersihkan cermin dari nista Adakah masih tersisa Jikalau kita rutin membersihakannya Paling tidak 5x sehari terbasuh airmata Cermin bersih perilaku tertata sesuia norma Kuncup bunga bermekaran dihalaman Saat hujan menyirami bumi Rumput ikut tumbuh mendampingi sang bunga Bersama seiring, berjalan menikmati indahnya mentari

Kamis, 15 Desember 2011

AYAH AYAH AYAH

AYAH kini kau telah tiada beristirahat dari hiruk pikuknya dunia sedikit bicara banyak bekerja sederhana,jujur dan apa adanya tak banyak mengeluh atas segala mengajari kami dengan diam mu perhatian dan penyayang tetangga menjadi sayang kini engkau diam menunggu Walau jauh namun dekat dihati kumerindu ayahku yang telah tiada kau telah membimbing kami menunjukan jalan terbaik untuk kami sabarmu merawat kami mengajari kami menuntun kami membimbing kami saat jatuh saat sakit saat sedih saat kecewa Engkau selalu ada di hatiku dan kuberdoa untukmu semoga kebahagiaan dan rahmah Alloh swt menaungi hari-harimu di alam sana. ku kan berusaha mnejadi anak yang dapat dibanggakan dihadapan Alloh swt. Insya Alloh

Kamis, 08 Desember 2011

Syair Kehidupan…

Artikel Lepas 8/12/2011 | 13 Muharram 1433 H | Hits: 414 Oleh: Muhammad Hilmy Alfaruqi
dakwatuna.com - Aku masih saja sulit untuk memejamkan mata. Sudah pukul dua pagi kulihat jam di dinding kamarku. Sebuah pertanyaan yang membuatku tidak bisa tidur malam itu. Tentang kehidupan. Ya, kehidupan. Kuperhatikan beberapa temanku dalam kesehariannya disibukkan dengan bermain PlayStation. Sebagian yang lain begitu bersemangatnya men-download film-film dan musik. Ada juga yang sangat gemar bermain game online, Facebook, dan lain-lain. Segelintir yang lain tidak pernah puas membicarakan mobil dan motor hasil modifikasi. Di samping itu, ada sedikit teman, terhitung dengan jari sebelah tangan, memiliki hobi membaca dan menulis. Ada juga yang sibuk di organisasi kampus ataupun dakwah. Sebagian yang lain juga ada yang sibuk dalam urusan-urusan agama. Mereka semua itu teman-teman satu angkatanku di kampus. Semua punya kesibukan yang berbeda-beda selain kuliah. Itulah yang aku pikirkan. Ya, hidup itu sebuah pilihan. Pilihan. Dalam setiap detik yang kita lalui merupakan sebuah pilihan. Setiap detik yang kita lewati akan memiliki akibat pada detik-detik selanjutnya. Yang masih menjadi tanda tanya bagiku, apa yang mendasari orang-orang itu menentukan pilihan hidupnya dalam setiap detik yang dilaluinya. Apa yang mendasari sebagian teman-temanku yang kerjanya hanya bermain-main? Apa pula yang mendorong sebagian temanku yang lain untuk sibuk di berbagai kegiatan organisasi kampus? Aku tidak ingin mencampuri, tapi aku rasa mereka pun memiliki alasan-alasan kuat dalam menentukan langkah apa yang harus di ambil dalam setiap detik hidup mereka.
Tapi aku masih tetap tidak dapat menutup rapat kedua kelopak mataku. Kedua mataku masih terbuka. Masih berpikir satu hal, tentang sebuah nasihat yang aku dengar dari ceramah Jum’at kemarin di masjid kampus. Tentang tujuan hidup. Di dalam ceramah itu disampaikan oleh Sang Khatib bahwa Allah menciptakan kita tidak lain hanya untuk beribadah. Hanya untuk ibadah. Titik. Tidak ada pilihan lain. Tidak ada pilihan kedua. Hanya satu. Ibadah. Ayat yang disampaikan oleh Sang Khatib, menurutku hampir semua orang Islam sudah mengetahuinya. Tapi apakah mereka benar-benar memahami maksud ayat tersebut? “Banyak orang mengetahui persamaan Einstein bahwa E=mc2. Tapi apakah mereka paham esensi persamaan tersebut?” “Kita tahu bahwa tujuan penciptaan kita adalah hanya untuk ibadah kepada Allah. Tapi apakah kita paham esensi frase ‘hanya untuk ibadah’?” lanjut Sang Khatib. “Bahkan ketika kita shalat menghadap Allah pun, kita sering tidak sadar apa yang kita lakukan. Hanya sebuah rutinitas. Kita lupa apa tujuan kita dalam shalat.” “Jika dalam shalat saja kita lupa apa tujuan kita, apalagi dalam kegiatan-kegiatan kehidupan kita yang lain?” Selama ceramah itu, aku hanya bisa menangis. Malu. Mungkin apa yang aku rasakan juga dirasakan oleh jamaah yang lain. “Berapa kali kita shalat dalam sehari? Sudah berapa tahun kita shalat? Berapa kali kita benar-benar sungguh-sungguh dalam shalat kita?” Sambung Sang Khatib. “Sekali lagi, saya mengingatkan diri saya pribadi dan juga jamaah sekalian, detik demi detik kehidupan kita hanya untuk Allah. Dalam tiap desah nafas yang terhembus, beribadah kepada-Nya, dalam tiap degup jantung yang tercurah, beribadah kepada-Nya. Di setiap epidermis yang terkulik, hanya untuk-Nya.” [1] Pertama kali dalam hidupku menghadiri ceramah Jum’at yang membuat sebagian jamaah meneteskan air mata. Pun demikian dengan Sang Khatib. Khutbah pun ditutup dengan doa yang diiringi dengan air mata. Aku teringat pesan Hadid, sahabatku, “Belajar itu ibadah, bekerja itu juga ibadah, makan dan tidur pun ibadah, makanya niatkan semuanya ibadah karena Allah. Misalnya mau belajar, niatkan dalam hati bahwa belajar itu untuk mendapatkan ridha Allah, jangan lupa Bismillah juga dalam setiap aktivitas kita …” Jika semua yang kita lakukan dalam tujuan ibadah kepada Allah, aku jadi berpikir, ketika kita nonton film, mendengarkan musik, bermain PlayStation, game online, Facebook, dan lain-lainnya, apakah mungkin hal-hal tersebut dalam kerangka ibadah? Setidaknya kita lupa kepada Allah saat melakukan aktivitas tersebut. Pas lagi shalat aja lupa sama Allah, iya kan?
Dulu pernah suatu waktu Hadid mendapatiku bermain Winning Eleven di PlayStation. Tiba-tiba dia bilang, “Udah maennya, udah satu jam lebih lho… Sayang waktunya,” Hadid juga punya PlayStation di kamar kosnya. Tapi sepertinya jarang disentuh olehnya. “Bentar lagi bro, refreshing nih. Lagi BT gw…” jawabku. “Inget, Bro, hanya dengan mengingat Allah hati jadi tenteram… Orang-orang beriman itu banyak mengingat Allah… Jadi, orang-orang beriman itu hatinya senantiasa tenteram… Bener ga? Gitu kan logikanya?” “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” QS Ar Ra’d : 28 “Iya Pak Ustadz. Bawel bener …” Sanggahku. Hadid pun tersenyum. Ikhwan wa Akhwat fillah yang dirahmati Allah, Kita sudah tidak asing lagi dengan surat adz Dzariyat ayat 56, “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” Tapi dalam penyampaian ayat tersebut seringkali dilupakan oleh kita dua ayat setelahnya, yaitu ayat 57 dan 58. “Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah sama sekali tidak membutuhkan jin dan manusia, tetapi justru jin dan manusialah yang sangat membutuhkan Allah dalam segala keadaan. Ibadah yang kita lakukan pun itu untuk kita sendiri. Untuk menyelamatkan diri kita dari adzab Allah. Untuk menggapai rahmat dan ridha Allah SWT. “Wahai anak Adam, luangkanlah waktu untuk beribadah kepada-Ku, Aku akan memenuhi hatimu dengan kebahagiaan dan Aku akan menutupi kafakiranmu. Dan jika kamu tidak melakukannya, maka Aku akan mengisi hatimu dengan kesengsaraan dan Aku tidak akan menutupi kefakiranmu.” (HR Ahmad) Ikhwan wa Akhwat fillah, semoga kita selalu istiqamah di jalan-Nya … Tidak penting menjadi orang penting, tidak penting menjadi orang terhormat, yang penting adalah kita menjadi hamba Allah yang taat … [2] Siapapun kita, manajerkah kita, pemilik perusahaankah kita, seorang gurukah kita, seorang pekerjakah kita, seorang pelajarkah kita, seorang ibu rumah tanggakah kita, presidenkah kita, dan sebagainya dan sebagainya, apapun jabatan dan kedudukan kita, kita adalah hamba Allah SWT… Jika kita seorang manajer, jadilah seorang manajer yang taat kepada Allah. Jika kita seorang wakil rakyat, jadilah wakil rakyat yang taat kepada Allah SWT… — Catatan kaki: [1] Nasihat drg. Deasy Rosalina [2] Dik Doank, Tabligh Akbar KMI Korea Selatan 2010 Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/12/16603/syair-kehidupan/#ixzz1g0KR26oK

Rabu, 07 Desember 2011

Kuliah Alternatif Otodidaktor

Senin, 07 Juni 2010
Tulisan Salah Satu Otodidaktor KAO
Manusia Visioner Abad Modern

Ada sebuh ungkpan yang cukup menarik, kalau mau merubah sejarah yang ada maka proses yang dilakukka adalah menempatkann ide sebagai ujung tombak perubahan. Dengan kata lain proses perubahan social ditetentukan dari idea yang bersumber dari imajinasi akal, dan idea itulah yang nantinya akan menentukan jalannya sejarah dimasa depan. Pendapat ini berdasar pada analisis Max weber bahwa idea yang merupaan bagian dari pikiran ala bawah sadar yang akan mengahislkan sesuat, ide yang akan menciptakan atau mewujudka cita-cita seseorang sebab ide bersumber dari kemauan diri manusia. Apa dan bagaimana bentuk kehidupan dimasa akan datang semua tergantung dari keeradaan idea atau kemampan pikiran untuk menggambarannya. Itu menrut weber.
Dengan kata lain ide yang tergambarkan untuk masa depan disebut dengan visi. Visi adalah gambaran atau visualisasi tentang masa depan yang ingin kita raih,sepeti penjealasan sebelumnya. Atau dalam bahasa sederhananya visi juga bisa berarti niat.
Bicara tentang visi ada sebuah kisah menarik tentang 2orang tukang kayu,sebut saja joko dan jiki. Dua-duanya sama – sama berprofesi sebagai tukang kayu. Namun ketika 15 tahun kemudian si JOko sudah memiliki usaha moulding sendiri sementara si Jiki masih hidup dengan kehidupananya sebagai tukang kayu. Apa yang menjadi perbedaan dari mereka berdua. Perbedaannya adalah Si Joko memlik visi dalam pekerjaannya bawa kelak ia akan memilki usaha sendiri dari pekerjaannya sekarang, sementara si Jiki hanya terlalu sibuk dengan pekerjaanya sehingga sampai tidak sempat untuk berimajinasi.
Cerita singkat diatas hanyalah contoh, keinginan atau visi yang berawal dari ide dalam pikiran yang akhirnya merubah nasib seseorang. Si Joko sudah memproyeksikan bahwa dimasa depan ia akan memiliki kehidupan yang jauh lebih baik, dengan mempunyai visi yang matang dan ternyata benar ia memiliki usaha moulding sendiri. Muncul pertanyaan kenapa visi begitu penting? Sebab visi bersumber dari alam bawah sadar kita, dan kita akan berupaya semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan visi kita tersbut. Manusia akan beruusaha mengejar kebahagiaan hidup untuk dirinya sendiri. Alasan lainnya sebab orang besar bukan hanya mereka yang hobinya bermimpi besar seperti kata david j. Schwart tapi juga memiliki visi dalam hidupnya. Itulah manusia yang visioner. Semakin kita memlki visi dalam hidup kita akan memusatkan energy dan pikiran kita untuk mencapainya (endra k. prihadi).
Ada satu kasus menarik lagi, masih menurut studi dari weber karena saya termasuk salah satu pengagum Weber yaitu mengenai tesisnya etos kapitalisme dan semangat Kristen protestan. Menurtnya kapitalisme lahir dari semangat orang-orang protestant yang memilki kemauan untuk berubah secar drastis dan berani melawan pemikiran-pemikiran yang dogmatis.
Dalam kaptalisme terkenal dengan istilah pemkiran yang rasional, keterbukaan dan kemandirian serta kesederhanaan. Hal ini pulalah yang nantinya melahirkan modernisasi dalam segala bidang. Etos protestan menurutnya lahir akibat perlawana bentuk dogmatisme yang dianut dalam katolik. Dalam ajaran protestan ayat bibel boleh ditafsirkan secara bebas bagi si pembacanya, sementara dalam katolik tidak demikian, yang berhak menafsirkan bible hanya meraka yang mempunyai otoritas atau kedudukan tinggi dalam gereja, sehingga pemeluknya hanya menerima mentahnya apa yang disampaikan oleh gereja. Dalam protestan mereka diajarkan pula menanggung semua tanggung jawab secara mandiri,sebab mereka adalah manusia merdeka. Mereka menolak bentuk pemandegan pemikiran yang terjadi pada ajaran katolik yang membekukan kemampuan akal pemeluknya sehingga pemeluknya menjadi kaku, kalau bahasa sekarang menjadi katro, kampungan. Penolakan protestan inilah yang akhirnya menciptaka struktur social yang bertentangan dengan paham katolik gereja pada masa itu.
Mereka kaum protestant mengusung cara berpikiran terbuka dan luas serta bebas dari tekanan siapapun, manusia bebas berfikir mengenai apapun dan bebas untuk bertindak sebab manusia adalah makhluk yang merdeka sejak ia lahir. Pemikiran ini menjadi tersebar luas dan era ini dikenal dengan era Reinessance atau era pencerahan. Mereka mempunyi visi sendiri yaitu menjadi manusia yang bebas dan terbuka, anti terhadap segala dogmatisme pemikiran dan tindakan. Berdasar kasus tersebut Weber menganalogikan kemauan protestan sebagai bentuk dari penanaman ide dari pemeluknya sehingga mereka bisa membuat sejarah baru dalam dunia. Mereka memliki visi atau bentuk tentang bagiamana harusnya dunia ini,itulah the power of vision. Hanya saja visi atau idea mereka masih dalam bentuk kasar,hanya dalam bentuk perlawanan secara pemikiran belum menjadi visi yang terkonsep atau tersusun dalam sebuah rencana jangka panjang.
Itulah pentingnya visi, seperti yang telah dibuktikan oleh kaum Kristen protestan sehnga mereka bisa mengubah situasi pada masa itu. Dalam Islam sebenarnya diajarkan tentangs sebuah visi atau ide (ideology,konsep). Kehadiran Nabi Muhammad membawa sebuah visi dan misi. Misi nabi pada masa itu adalah membebaskan masyarakat dari kekejaman penguasa dan mencipatakan kehidupan masyarakat yang baru yang sesuai dengan ajran Tuhan . sementara visi beliau adalah kejayaan bagi Islam sebagai rahamat bagi alam semesta. Bisa dikata visi beliau adalah visi demi kemashlahatn ummat demi kebaikan bagi sesama manusia, bukan visi untuk memenuhi tujuan pribadi. Itilah visi yang semestinya diajarkan, itulah visi manusia secara social bukan lagi secara personal.
Bagiamaa memetakan visi tersebut agar dapat berjalan? Dalam mencapai visi tersebut perlu dibuat tahaan-tahapan tertulis untuk menapainya. Tahapan tertulis Itulah yag dinamakan dengan konsep. Bicara tentan konsep ada sebuah kisah menarik lagi, kali ini tentang penelitian yang dilakukan salah satu universtas dari Amerika Serikat tentang kehidupan 10 orang, yang memiki latar belakang berbeda. Mereka berasal dari jenjang sekolah yang sama. Ketika 25/30 tahun kemudian, hidup mereka semua tentu berbuah. Menariknya dari 10 orang tersbut hanya 2 atau 3 orang yang menjad pengusaha sukses dan menikmati masa tua dengan harta kekayaan mereka,semnetara sisanya hiudup dengan standar hidup yang pas-pasan. Setelah ditelisik lebih jauh ternyata yang menjadikan 3 orang tersebut berhasil adalah karena mereka memiliki program jangak panjang yang berdasarkan visi mereka masing-masing.
Mereka memiliki visi yang tertulis dalam program-program kehidupan mereka yang tersusun dengan rapi. Maka setelah kejadian ini berhasil diketahui oleh khalayak maka diambil kesimpulan bahwa salah satu factor kemajuan dari seseorang atau sebuah bangsa adalah memiliki visi yang jelas dan program jangka panjang yang terukur untuk mencapai visi tersebut.
Islam pun mengajarkan tentang pentingnya sebeuah konsep atau perencanaan jangka panjang. Dalam al-qur’an dijelaksan tentang lauful mahfudz yaitu buku kehidupan dari Allah swt yang dimana dalam buku tersebut takdir semua makhluk hidup serta jalannya alam semseta ini dijalankan. Itulah kehendak Tuhan yang diproyeksikan dengan penuh ketelitian dan perencanaan yang matang. Tuhan pun melakukan konsepisasi atau pemograman yang teratur dalam menjalankan dan mengatur alam semesta ini. Oleh karena itu sangat aneh jika masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama ( Islam ) tidak menjalankan apa yang dilakkan oleh Tuhan. Padahal Nabi sendiri bersabda,”berkakhlaklah kamu dengan akhlak Tuhan”.

Praktik Lebih Penting dari Teori
Selantnya adalah lakukan pemetaan pemrograman kehidupan seperti diatas. Langkahnya sederhana. Cukup sediakan kertas dan pulpen lalu tuliskan rencana-rencana jangka panjang apa yang ingin dihasilkan. Tuliskan rencana-rencana yang ingin dijalankan ditiap tahunnya dan sampai tahun berikutnya. Jika tidak mau terlalu banyak berfikir cukup buat rencana untuk beberapa bulan kedepan. Yang saya maksudkan disini adalah mebuat rencana untuk jangka waktu 6 bulan kedepan,setelah 6 bulan berlalu buat lagi rencana untuk 6 bulan begitu seterusnya. Perbdaan mencolok antara masyaraat ngara maju dengan masyarakat Negara berkembang adalah masyaraat Negara maju memiliki visi yang jelas serta perencanaan jangka panjang yang terukur rapi.
Saya pernah disindir dengan apa yang saya lakukan yaitu mmebuat konsep untuk rencana jangka panjang saya. Lalu kawan saya berkata, ” ah,itukan Cuma konsep. Paling-paling ga dikerjakan juga atau gagal”. Saya menjawab,” yah itu lebih jadi ketika gagal kita sudah punya gambaran kegiatan apa lagi yang akan kita lakukan,jadinya ga repot”.

Manusia Modern: visioner
Manusia modern adalah manusia yang memiilki kemampuan visioner yang baik. Menurut Jalaludin Rakhmat dalam bukunya Rekayasa Sosial ada beberapa ciri dari manusia modern yaitu:
1. Mobility orientationt
Orang modern memiliki keinginan atau ambisius untuk naik pangkat atau memiliki tingkat hidup dan kekudukan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Pergerakan untuk mencapai status itu disebut dengan mobilitas. Ketika masih menjadi pekerja suruhan ia memiliki keinginan kuat untuk menjadi piminan atau memliki usaha mandiri(ingat certa joko dan jiki)
2. Memiliki rencana jangka panjang
Selian itu mereka juga memiliki recana jangka panjang yang teratur dan terukur. Mereka teliti betul dengn perjalnana hiduo mereka dengan memasang target-target tertentu pada bulan dan tahun-tahun berikutnya.
3. Aktif berpolitik
Mereka juga aktif berpolitik. Mereka ada yang menjadi aktifis atau terjun langsung kedalam stuktur politik, sebab orang modern adalah mereka yang memiliki semangat untuk membuat perubahan dalam skala yang besar, bukan lagi berpikiran dalam lingkup yang sempit dan kecil. Orang yang pasif berpolitik dinamakan apatis(political apatic) dan apatis bertentangan dengan ciri manusia modern.

Pengalaman saya menjadi aktifis di organisasi Pelajar Islam Indonesia saya diajarkan betul tentang peran dan pentingnya sebuah visi dan rencana janga panjang. Visi yang tertuang dalam tujuan yang berbunyi kesempurnaan pendidikan, menandakan bahwa diperlukan upaya untuk memperoleh perangkat agar kesempurnaan pendidikan tersebut dapat telaksana. Kesempurnaan pendidikan dantarannya memberikan kemudahan faslitas dalam memperoleh pendidikan, khususnya bagi masyarakat kelas bawah.
Selain itu,dalam organisasi kita akan diajarkan bagiamana mengatur sebuah rencana atau program kegiatan yang lebih bersfiat social,bukan lagi rencana untuk kebutha kita secara pribadi. Itulah tanggung jawab sosia yang semestinya kita dapatkan dan kita hadapi,sebab manusia yang melupakan tanggung jawab sosialnya dia bukanlah manusia, tetapi makhluk lain dan kejam yang memiliki topeng berwujud manusia. Tidak salah memang Aristotels menamakan manusai sebagai zoon politicon, manusia adalah makhluk sosial. Oleh karena itu kita perlu membangun sebuah visi namun bukan lagi visi untuk kepentingan pribadi, teapi visi yang disusun secara bersama untuk menjadikan masyarakat atau Negara ini menjadi Negara maju dan tidak lagi dianggap sebelah mata oleh Negara lain,itulah visi social(vision of society) yang harus kita tanamkan kepada generasi sesudah kta. Bukankah juga membanggakan kalau Negara kita menjadi Negara maju???

Baharunsyah Aktivis PII

Sumber :
1. Jalaludin Rakhmat.Rekayasa Sosial,refomasi,revolusi atu manusia besar,Rosdakrya,Bandung: 1999
2. Endra K.Prihadi,My Potency,Elex Media Komputindo,Jakarta: 2004

Berbangga Menjadi Diri Sendiri

Senin, 05 Desember 2011

oleh: Khairul Hibri


BUDAYA tiru-miniru sepertinya telah menjadi tren hidup masa kini. tidak sedikit orang yang tidak percaya diri dengan identitas mereka sendiri. Padahal ada pepatah mengatakan, “Menjadi kepala ikan teri itu jauh lebih baik, ketimbang menjadi ekor ikan hiu.”

Sebesar apa pun ikan hiu, manakala kita harus menjadi ekor, berarti kita harus mem’beo’ akan apa saja yang dilakukan oleh si-ikan hiu tersebut. Sebaliknya, ketika kita menjadi kepala ikan teri, maka kita lah yang akan menentuka arah perjalanan hidup kita sendiri. Kita akan memilih dan memilah jalan hidup tanpa harus dihantui perasaan minder atau sebagainya terhadap apa yang datang dari luar.

Sayangnya pesona besarnya ikan hiu, ternyata lebih menggiurkan sebagian masyarakat nigeri ini. Akibatnya, mereka selalu meniru apa saja yang datang dari luar diri mereka, tanpa harus berfikir panjang untuk menyaring terlebih dahulu, antara yang pantas ditiru dan yang ditinggalkan atau antara perkara primer dan skunder.

Kasus merebaknya gaya hidup hidonisme adalah buah yang harus kita terima saat ini karena mala-praktek gaya hidup yang kita terapkan. Bahkan terkait masalah ini, ada satu kejadian nyata yang sangat mengiris hati.

Betapa tidak? demi memiliki handphone Blackberry, seorang perempuan dengan ‘rela’ menjual harga dirinya. Kisah ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Dicky Candra, ketika dia menjadi salah satu juri dalam salah satu acara di stasiun TV sewasta. Na’udzubillah min dzalik.

Sikap membeo ini melahirkan fenomena inferior banyak orang. Kedatangan atlit bola LA Galaxy baru-baru ini sebuah contoh tragedi. Banyak gadis-gadis berjejal karcis bukan untuk melihat permainan bola. Tapi hanya ingin melihat wajah si bintang. “Habis cakep sih, “ ujar mereka. Pujian dan histeria dengan sesuatu berbau ''bule". Sampai-sampai ada artis bangga meminta diri tanda-tangan di dadanya. Dia juga bangga dikecup sang atlit yang bukan muhrimnya. Sungguh memilukan!

Nah, yang lebih membahayakan lagi, virus ini ternyata tidak hanya digandrongi oleh anak-anak muda semisal kasus di atas. Namun virus “membeo” ini juga telah menyerang para intelektual negeri ini, khususnya intelektual Muslim.

Berbahaya !!

Budaya meniru buta, atau dalam bahasa Arab disebut ‘Taqlidu Al-‘Amaa’, sejatinya sangat berbahaya bagi kita. Apa lagi kalau hal tersebut menyentuh wilayah keimanan. Bukan hanya di dunia kita merugi, namun di akhirat kita pun mendapatkan hal serupa.

Orang yang suka meniru-niru orang lain adalah cerminan orang yang tidak memiliki kepribadian tinggi. Dia mudah silau dengan apa yang dia temukan dari luar dirinya. Dia akan selalu terombang-ambing. Setiap muncul mode terbaru, maka setiap kali itu pula gaya hidupnya berubah. Tidak ada konsistensi dalam dirinya.

Tentu lah pribadi macam ini akan sulit menggapai kesuksesan. Sebab, salah satu rumus kesuksesan seseorang, dia harus menjaga kekonsistensiannya di dalam melakukan segala hal. Dalam istilah agama disebut dengan Istiqomah.

Nabi sendiri telah menegaskan dengan keras, agar kaum muslimin terhindar dari kebiasaan macam ini. Tidak tanggung-tanggung, melalui sabdanya, beliau mengecam umat Islam yang memiliki pola hidup macam ini, dan menetapkan mereka sebagai bagian dari kaum yang mereka ikuti.

“Man tasyabbaha biqaumin fahuwa minhu.” (Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk bagian dari kaum tersebut). Demikian lah penegasan Rosulullah.

Selain itu, menetapkan diri sebagai objek penjajahan adalah beban lain yang harus ditanggung oleh orang yang ‘doyan’ tiru-meniru ini. Penjajahan terjadi dikarenakan dia tidak bebas mengekspresikan kepribadiannya. Dia selalu khawatir, takut, galau kalau-kalau dia akan dihina, dicemooh dikarenakan tidak mengikuti tren yang tengah berkembang. Ketakutan macam ini lah yang menyebabkan dia menjadi santapan empuk penjajahan dalam versi lain.

Anak-anak remaja kita malu jika tidak memiki pacar. Dia resah dengan gelar “jomblo”. Seolah-olah sebutan itu adalah aib dan mencemarkan nama baik keluarga. Padahal, identitas-identitas itu hanya tiruan dan turunan dari budaya pop Barat untuk menanamkan gaya hidup bebas.

Selanjutnya, sudah tentu mereka yang mengalami hal ini tidak akan merasakan kesenangan, ketenangan, kenyamanan, kebebasan sejati, sebab kepuasan yang mereka rasakan hanya bersumber dari hawa nafsu yang menguasai mereka. Padahal, kepuasaan sejati itu ada di hati.

Kita mengaku Muslim, tetapi tidak tahu sumber-sumber ilmu pengetahuan asli dari kandungan al-Quran. Kita bangga berbahasa Inggris, tetapi membaca Kitab Suci saja hanya terjemahan.

Ada sebuah cerita menarik yang terdapat dalam kitab “Qiraa’atu Al-Rasyidah”. Ceritanya, terdapat lah dua ekor keledai yang tengah melakukan perjalanan. Satu di antara keduanya membawa garam, dan satu yang lain membawa karang.

Singkat cerita, di pertengahan jalan keduanya menjumpai telaga. Karena merasa haus, si-keledai yang memikul garam langsung masuk ke telaga guna minum. Dan ternyata bersamaan dengan itu, garam yang berada di punggungnya sedikit demi sedikit mencair, sehingga semakin ringan lah beban yang ia pikul.

Menyaksikan fenomena tersebut, si-keledai yang membwa karang tanpa pikir panjang juga langsung menyebur pula ke dalam telaga. Harapannya tentu untuk menghilangkan rasa haus yang tengah mengerogotinya, dan meringankan beban yang sedang yang dipikulnya.

Namun apa yang terjadi kemudian? Bukannya tambah ringan, namun tambah beratlah bebannya tersebut, sebab karang yang dia bawa bukannya mencair, tapi justru penuh terisi air.

Semoga kisah unik ini menjadi inspirator kita untuk menjadi diri sendiri. Lalu apa kiatnya untuk menuju ke sana?

Kuncinya Syukur

Islam tidak pernah melarang penganutnya untuk bersikap anti-pati terhadap perubahan zaman. Namun untuk keselamatan, kita perlu melakukan proses adapsi yang artinya berusaha memilih dan memilah antara yang sesuai dengan syari’at dan yang menyalahinya. Yang sejalan boleh kita ambil. Namun terhadap yang menyeleweng, kita harus berani mengatakan “NO’. Sekali pun hal tersebut sangat menarik perhatian.

Demikian pula yang telah dilakukan oleh para ulama terdahulu dalam mengkaji penemuan-peenemuan ilmuan Yunani kuno. Sehingga mereka tidak pernah tersesat dikarena mendalami/menyelami peradaban Barat tersebut. Istilahnya, para ulama belajar ilmu Barat, namun mereka tak harus menjadi Barat atau kebarat-baratan.

Kemudian, kata syukur menjadi kata kunci untuk menjadi diri sendiri. Kita memang banyak kekurangan, tapi jangan sampai kekurangan tersebut menjadikan kita minder dalam menatap kehidupan. Syukuri segala apa yang ada di tanggan kita dan berusaha memaksimalkannya untuk menghasilkkan sesuatu yang terbaik.

Khususnya bagi kaum muslimin, cukup lah kita bangga dengan Islam, sebab Islam sendiri telah menduduki posisi kemuliaan. jangan pernah kita silau dengan apa yang datang dari luar, karena baik bagi orang lain, belum tentu bagi kita, lebih-lebih ditinjau dari sisi syari’atnya.

Suatu ketika Salman Al-Farisi radhiyallahu anhu ditanya, ”Keturunan siapa Kamu ?” Salman yang membanggakan keislamannya, tidak mengatakan dirinya keturunan Persia, tapi ia mengatakan dengan lantang, ”Saya putera Islam.” inilah sebabnya Rasulullah saw mendeklarasikan bahwa, ”Salman adalah bagian dari keluarga kami, bagian dari keluarga Muhammad saw.”

Dengan kata lain, saatnya kita semua berkata, “Isyhadu bi ana muslimun.”(saksikanlah, aku adalah seorang muslim).

Di antara cara syukur kita sebagai seorang Muslim adalah menunjukkan identitas kemusliman kita, nilai-nilai kita dan gaya hidup kita yang berbeda dengan gaya hidup yang lain.*

Penulis anggota Asosiasi Penulis Islam (API) Indonesia
Red: Cholis Akbar

Selasa, 06 Desember 2011

Serba-Serbi Bulan Muharram

Diposting oleh admin ⋅ 25 November 2011 ⋅ Kirim buletin ini Kirim buletin ini ⋅ Cetak buletin ini Cetak buletin ini ⋅ Kirim komentar

At Tauhid edisi VII/46

Oleh: Rizki Amipon Dasa

Hendaknya kita merasa cukup dengan ajaran Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam karena sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk beliau, dan sejelek-jelek perkara dalam agama adalah amalan ibadah baru yang diada-adakan.

Keutamaan Bulan Muharram

Bulan Muharram termasuk bulan yang disucikan Allah ta’ala. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mensifati dan menisbatkannya kepada Allah dengan menamainya sebagai “syahrullah al muharram” (bulan Allah Al Muharram). Hal ini menunjukkan keutamaan dan kemuliaan bulan ini di sisi Allah ta’ala, karena tidaklah Allah menggandengkan sesuatu dengan nama-Nya kecuali dengan makhluk-Nya yang istimewa.(Lathaiful Ma’arif hal 70, karya Ibnu Rajab Al Hambali)

Al Hasan rahimahullah berkata, “Sesungguhnya Allah membuka tahun dengan bulan yang suci dan menutupnya dengan bulan yang suci pula. Dan tidaklah ada bulan dalam setahun yang lebih agung di sisi Allah setelah bulan Ramadhan kecuali bulan Muharram.” (Lathaiful Ma’arif hal 67, karya Ibnu Rajab Al Hambali)

Bulan Muharram merupakan bulan yang Allah utamakan. Sisi keutamaannya adalah bahwa berpuasa di bulan ini lebih utama daripada berpuasa di bulan yang lain selain bulan Ramadhan, sebagaimana terdapat dalam hadits yang shahih dari Nabi shalallahu ‘alai wa sallam, “Puasa paling utama setelah puasa bulan Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah Al Muharram.” (HR. Muslim)

Adapun hadits yang menceritakan bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang puasa apa yang paling utama setelah puasa Ramadhan, kemudian beliau menjawab, “Puasa pada bulan Sya’ban dalam rangka mengagungkan Ramadhan.” Kemudian beliau ditanya lagi tentang sedekah apa yang paling utama, kemudian beliau menjawab,”Sedekah di bulan Ramadhan.” Hadits tersebut adalah hadits yang mungkar begitu pula dengan hadits: “Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Sya’ban.”

Imam An Nawawi berkata dalam kitab Al Adzkar,”Makruh hukumnya menamai bulan Muharram dengan Shafar karena hal tersebut merupakan kebiasaan jahiliyah.” (Al Adzkar hal.313, karya An Nawawi)

Ibnu ‘Allan mengatakan,” As Suyuthi berkata: Aku ditanya” Mengapa bulan Muharram dikhususkan dengan sebutan “Syahrullah Al Muharram” sedangkan bulan yang lain tidak. Padahal, ada bulan lain yang menyamai keutamaannya atau bahkan lebih utama darinya semisal Ramadhan?” Maka diantara jawaban yang aku temukan untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah bahwa penamaan bulan Muharram dengan istilah Al Muharram adalah penamaan yang islami, berbeda dengan bulan selainnya di masa jahiliyah. Karena nama bulan Muharram di masa jahiliyah adalah “Shafar Al Awwal” (bulan Shafar yang pertama). Kemudian bulan setelahnya dinamakan “Shafar Ats Tsani” ( bulan shafar yang kedua). Ketika islam datang, maka Allah menamai bulan Muharram yang tadinya bernama “Shafar Al Awwal” menjadi “Al Muharram”, maka Allah kemudian menggandengkan nama bulan ini dengan namanya (sehingga menjadi: Syahrullah Al Muharram). Ini merupakan faidah yang sangat menarik dan berharga yang aku lihat dalam kitab Al Jamharah” (Al Futuhat Ar Rabaniyyah bi Syarhi Al Adzkaar An Nabawiyyah 7/100, karya Ibnu ‘Allan)

Diantara kekeliruan yang dilakukan banyak orang adalah menyebut bulan ini dengan lafadz “muharram” tanpa ada hurul alif dan lam di awalnya. Penyebutan yang benar adalah dengan lafadz “al muharram” karena orang arab tidaklah menyebut bulan ini kecuali dalam bentuk mu’arraf (mengandung huruf alif dan lam) dan demikian pulalah yang disebutkan dalam berbagai hadits yang mulia dan berbagai syair arab. (Tashwibul Mafaahim hal 75). Tidaklah huruf alif dan lam masuk dalam nama bulan kecuali untuk bulan Muharram.

Bulan Muharram dan Puasa Asyura’

Hari Asyura’ adalah hari kesepuluh di bulan Muharram menurut mayoritas ulama. Hari tersebut merupakan hari yang mulia, diberkahi, agung kedudukannya, dan memiliki keutamaan yang besar. Diantara keutamaan hari Asyura’ adalah:

1. Pada Hari Asyura’ Allah ta’ala Menyelamatkan Musa dan Bani Israil serta Menenggelamkan Fir’aun dan Pengikutnya.

Dari Ibnu Abas radhiallahu ‘anhuma , beliau mengatakan, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tiba di kota Madinah dan beliau menjumpai orang Yahudi dalm keadaan berpuasa pada hari Asyura’. Maka beliau bertanya kepada mereka, “Hari apa ini yang kalian berpuasa di dalamnya?” Mereka menjawab, ”Ini merupakan hari yang agung dimana Allah ta’ala menyelamatkan Musa dan kaumnya serta menenggelamkan Fir’aun dan pengikutnya. Sehingga Musa berpuasa pada hari tersebut sebagai bentuk syukur, sehingga kami pun berpuasa sebagaimana beliau.” Maka Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Kami lebih berhak terhadap Musa dari kalian.” Beliau pun berpuasa pada hari tersebut dan memerintahkannya.” (HR. Bukhari-Muslim)

2. Puasa di Hari Asyura’ Dapat Menghapus Dosa Setahun yang Lalu.

Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda mengenai puasa di hari Asyura’, “Aku berharap bisa menghapus dosa setahun sebelumnya.” (HR. Muslim)

3. Puasa di Hari Asyura’ Merupakan Puasa yang Sangat Nabi Inginkan Keutamaannya Dibandingkan Hari yang Lain.

Dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma bahwa beliau ditanya tentang puasa di hari Asyura’, maka beliau menjawab, “ Tidaklah aku melihat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada satu hari yang sangat beliau inginkan mendapat keutamaannya dibandingkan hari yang lain kecuali hari ini – yaitu hari Asyura’-, dan bulan ini –yaitu Ramadhan-.” (HR. Bukhari-Muslim)

Disunnahkan untuk berpuasa di tanggal sembilan Muharram beserta tanggal sepuluhnya, karena hal ini merupakan keadaan akhir yang dilakukan Nabi ketika melakukan puasa Asyura’.

Diantara perbuatan yang keliru adalah berpuasa pada tanggal sembilan Muharram saja, sedangkan yang diajarkan dalam hadits shahih adalah berpuasa pada tanggal sepuluh saja atau pada tanggal sembilan dan sepuluh. Adapun menambahkannya dengan tanggal sebelas, maka sebagian ulama menilai bahwa hadits yang menyebutkan tanggal sebelas Muharram adalah hadits yang dha’if.

Beberapa Bid’ah Berkaitan Dengan Bulan Muharram

Syaikh Bakr Abu Zaid berkata, ”Tidak ada satu dalil pun yang shahih dalam syariat berkenaan dengan dzikir dan doa awal tahun, yaitu untuk awal hari atau malam memasuki bulan Muharram. Banyak orang yang membuat doa, dzikir, berbagai peringatan, saling mengucapkan selamat, berpuasa di hari pertama awal tahun, menghidupkan malam di hari pertama bulan Muharram dengan sholat, dzikir, doa, berpuasa di akhir tahun dan berbagai hal lainnya yang ternyata tidak ada dalilnya.” (Tas-hihud Du’aa’ hal.107-108, karya syaikh Bakr abu Zaid)

Berkaitan dengan ini, berikut ini adalah diantara bid’ah yang dilakukan di bulan Muharram:

1. Membuat Perayaan Masuknya Tahun Baru Hijriyah dan Saling Mengucapkan Selamat dengan Datangnya Tahun Baru.

Betapa merasa sakitnya seorang muslim ketika melihat jama’ah kaum muslimin, baik individu maupun masyarakatnya merayakan tahun baru hijriyyah sedangkan ketika merayakannya mereka lupa berdasar perintah siapa mereka merayakan perayaan tersebut. Apakah berdasar perintah Allah dalam Kitab-Nya? Ataukah berdasarkan perintah Rasul shalallahu ‘alaihi wa sallam? Ataukah mereka melakukan demikian karena meneladani para sahabat radhiallahu ‘anhum? Sesungguhnya diantara kekeliruan yag sangat jelas adalah ketika kaum muslimin lebih memilih melakukan hal-hal yang tidak berdalil baik dari Al Qur’an maupun sunnah Rasul shalallahu ‘alaihi wa sallam.

2. Peringatan Hijrahnya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Sebagian orang di zaman ini tidaklah mengetahui hijrahnya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam kecuali sebagai memoar yang dibacakan sekali tiap tahun dan diadakanlah berbagai perayaan, khutbah, dan berbagai ceramah keagamaan dalam jangka waktu beberapa hari kemudian selesai dan dilupakan sampai tiba tahun selanjutnya tanpa adanya pengaruh sedikitpun pada perilaku dan amalan mereka. Oleh karena itulah Anda jumpai sebagian mereka tidak berhijrah dari negeri musyrik ke negeri Islam sebagaimana hijrahnya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, bahkan sebaliknya, banyak di antara mereka yang berpindah dari negeri Islam ke negeri musyrik bukan karena alasan apapun selain hanya untuk mencari kemewahan dan hidup di sana dengan kebebasan hewani -wal iyadzu billah-.

3. Mengkhususkan Hari Pertama di Awal Tahun dengan Berpuasa dengan Niat Membuka Tahun Baru Tersebut dengan Puasa.

Begitu pula mengkhususkan berpuasa selama sehari di hari terakhir tahun tersebut dengan niat sebagai ucapan selamat tinggal untuk tahun tersebut dengan berdalil menggunakan hadits palsu: “Barangsiapa yang berpuasa di hari terakhir bulan Dzulhijjah dan hari pertama di bulan Muharram, dia telah menutup tahun yang lalu dengan puasa dan membuka tahun yang akan datang dengan puasa, maka Allah akan menjadikannya sebagai penebus dosa baginya selama lima puluh tahun.”

4. Menghidupkan Malam Pertama di Bulan Muharram untuk Melakukan Ibadah.

Syaikh Abu Syamah mengatakan, ”Tidak ada satu pun dalil yang menuntunkan suatu amalan tertentu di malam pertama bulan Muharram. Aku telah mencari di berbagai riwayat baik yang shahih maupun yang dha’if dan dalam hadits-hadits maudhu’, tetapi tidak aku jumpai satu pun yang menyebutkan tentang hal tersebut.” (Al Ba’its ‘ala Inkaril Bida’ wal Hawadits hal.239)

5. Mengkhususkan Awal Tahun Hijriyah untuk Melakukan Umrah Sebagaimana yang Dilakukan Sebagian Orang di Bulan Muharram.

6. Membuat Doa Khusus di Hari Pertama Tahun Baru yang Dinamakan dengan Doa Awal Tahun.

Semua hal tadi merupakan amalan yang tidak ada satu dalil shahih pun yang menuntunkan untuk melakukannya. Hendaknya kita merasa cukup dengan ajaran Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam karena sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk beliau, dan sejelek-jelek perkara dalam agama adalah amalan ibadah baru yang diada-adakan.

(Disarikan dari kitab “Lathaiful Ma’arif” karya Ibnu Rajab Al Hambali dan “Bida’ wa Akhtha’ Tata’allaqu bil Ayyaam Wa syuhur” karya Ahmad bin Abdullah As Sulami oleh Rizki Amipon Dasa)

Rabu, 30 November 2011

Musim hujan datang sawah belum bisa di tanami


Memasuki musim penghujan kesibukan petani mulai meningkatkarena lahan yang adinya kering kini mulai tersiram air dan membuat tanah mereka menunggu untuk digarap. Nyanyian kebahagian rumput-rumput liar di pinggir jalan mulai tumbuh seiring siraman air hujan di awal musim. Kesibukan petani terlihat saat kuberangkat untuk bekrja sepanjang jalan yang kulalui petani asyik mencangkul, ada yang mentraktor, ada yang sibuk menyiapkan lahan untuk menanam bibit padi. Di lokasi lain petani kanggkung juga sibuk menyiapakan lahan dan menanami bibit kangkung yang baru. Senang rasanya melihat aktivitas petani dengan kesederhaaannya mereka tetap beraktifitas dengan penuh optimisme / tawakkal insya Alloh.


Namun di desa yang kulalui juga ada beberapa lokasi belum mulai di garap karena masih tergenang air hujan. Aktivitas pertanian belum kelihatan karena setiap musim hujan lokasi ini biasanya paling akhir menanamnya, menunggu air surut. Kadangkala sudah menanam hujan turun dan menggenangi sawah-sawah mereka yang mengakibatkan bibit yang telah ditanam terbawa arus yang lumayan deras.

Maka kesabaran , doa, dan harapan tetap harus ada dikala situasi yang menurut kita kurang baik. Namun dibalik semua peristiwa yang ada pasti terkandung hikmah yang luar biasa , tinggal sikap kita dalam melihat masalah ataukah karunia. emuanya dikembalikan kediri kita masing-masing. InsyaAlloh.

Sabtu, 26 November 2011

Rencana Pendidikan dengan prinsip sedekah

Adalah program asuransi perorangan yang bermaksud menyediakan dana pendidikan, dalam mata uang Rupiah dan US Dolar untuk putra-putrinya sampai sarjana.

Download Formulir

Jika Peserta panjang umur sampai akhir perjanjian, Anak sebagai Penerima Hibah mendapatkan:

Tahapan* saat masuk (TK, SD, SMP, SMA, PT)** dan Beasiswa selama 4 tahun di Perguruan Tinggi.

Jika Peserta mengundurkan diri sebelum masa perjanjian berakhir, Peserta mendapatkan:

Nilai Tunai

Seluruh dana di Rekening Tabungan Peserta yang berasal dari saldo tabungan dan bagian keuntungan atas hasil investasinya (mudharabah).

Jika Anak sebagai Penerima Hibah meninggal sebelum seluruh tahapan diterima Peserta/ Ahli Waris mendapatkan:

Nilai Tunai
Santunan sebesar 10% Manfaat Takaful Awal (Premi Tahunan X Masa Perjanjian)


Jika Peserta mengalami musibah (meninggal dunia atau cacat tetap total) dalam masa perjanjian

Polis Bebas Premi (apabila mengalami cacat tetap total), Ahli Waris mendapatkan:

Santunan sebesar 50% Manfaat Takaful Awal (jika meninggal karena sakit atau cacat tetap total karena kecelakaan) atau 100% Manfaat Takaful Awal (jika meninggal karena kecelakaan).
Nilai Tunai

Anak sebagai Penerima Hibah mendapatkan:

Beasiswa setiap tahun sejak Peserta mengalami musibah s/d 4 tahun di Perguruan Tinggi

Jika setelah masa perjanjian berakhir dan masih dalam pemberian beasiswa di Perguruan Tinggi Peserta mengalami musibah

Meninggal karena sakit atau cacat tetap total karena kecelakaan, Ahli Warisnya akan menerima Nilai Tunai
Meninggal karena kecelakaan, Ahli Warisnya akan menerima Nilai Tunai dan santunan sebesar 50% Manfaat Takaful Awal
Penerima Hibah akan tetap menerima Beasiswa sampai yang bersangkutan empat tahun di Perguruan Tinggi


* Jika Tahapan yang jatuh tempo tidak diambil, akan diinvestasikan dan akan menambah Beasiswa pada saat di Perguruan Tinggi

10 Cara Membaca Buku Secara Kreatif

Senin, 07 Juni 2010
10 Cara Membaca Buku Secara Kreatif
Ahmad Zamhari Hasan


Sampai akhir 2005 (saya lulus pesantren TMI Al-Amien Madura 1994 dan hobi membaca sejak kelas II Marhalah Tsanawiyah/SMP), saya belum tahu mau diapakan hasil bacaan saya, bahkan sampai timbul dalam benak bahwa apa yang saya pelajari ternyata sia-sia belaka. Baru pada awal 2006 timbul kesadaran, mengapa saya tidak melakukan pembacaan kreatif sebagaimana yang dianjurkan teori Resepsi yang menempatkan pembaca sebagai subjek kreator baru dan mendengungkan kematian penulis dalam arti rampungnya sebuah karya tulis berarti penulis tidak bisa melakukan apapun terhadap tulisannya.
Dengan kesadaran ini, saya mulai membaca ulang berbagai macam buku yang pernah saya baca, saya garis bawahi dan membuat kesimpulan. Apa yang saya anggap keliru dari buku, saya kritisi, sehingga muncul pemahaman baru. Hasil bacaan kreatif ini terwujud dalam kumpulan tulisan yang ada di hadapan pembaca. Agar lebih bermanfaat, akan saya berikan pada siapapun yang membutuhkannya.
Dalam membaca buku secara kretaif ada sekitar Sepuluh tahapan yang bisa dilakukan. Masing-masing akan dijelaskan dalam pembahasan berikut secara terperinci, meskipun demikian saya sadari sebagai konsep awal dari penemuan baru saya ini –jika sudah ada yang menemukan sebelumnya, saya tidak merasa berhutang budi karena dalam buku yang pernah dipelajari, dibaca dan dipikirkan belum ditemukan sebelumnya- mungkin jauh dari sempurna, sehingga diharapkan ada penulis lain yang memiliki wawasan, pemikiran, kreasi, imajinasi dan intuisi lebih untuk mengembangkannya sampai menjadi teori baru sebagai Pembacaan Kreatif.

Pertama; Dalam memilih buku bacaan kita harus menemukan yang sesuai dengan apa yang hendak kita kuasai atau pelajari dengan berusaha mencari buku dari sumber pertama atau paling tidak penjelasan seorang penulis handal tentang sumber pertama, contoh; kita ingin menguasai tentang cara menulis cerpen atau fiksi, maka belilah buku tentang hal tersebut misalnya karangan Cermel Bird yang banyak menggugah imajinasi, jika bisa beli buku lain sebagai perbandingan, setelah itu kita praktekkan menulis cerpen agar bacaan bermanfaat tanpa mempedulikan hasilnya baik atau buruk. Jika bisa baca keterangan di belakang buku, daftar isi dan kata pengantar penulis meskipun sekilas agar tidak salah membeli buku.
Kedua; Setelah membeli buku yang cocok dan benar-benar dibutuhkan (usahakan jangan membeli buku yang berupa kumpulan tulisan karena kualitasnya jelek) kita baca kata pengantar dulu, baru daftar isi, dan pendahuluan, hal ini agar kita memperoleh gambaran umum dari buku. Gambaran umum dibutuhkan agar kita lebih yakin dengan apa yang akan dibaca, bila ternyata yang akan dibaca kurang bermanfaat tinggalkan saja, tapi karena kita sudah memilih sesuai tahapan pertama, maka mau tidak mau harus kita lanjutkan bacaan kita. Ada sebagian kecil penulis resensi buku yang berhenti sampai tahap ini dan mulai menulis resensi buku, bisa ditebak hasilnya kurang memuaskan.
Ketiga; kita selesaikan bacaan secara utuh sehingga sketsa yang ada di otak menjadi lebih jelas, jika kumpulan tulisan yang dibukukan (biasanya dengan kualitas rendah, kecuali beberapa kumpulan tulisan Nurkholis Madjid) kita bebas memilih yang mana yang akan dibaca, jika yang dibaca kumpulan cerpen kita juga bebas memilih yang akan dibaca, dan jika buku utuh seperti buku Sastra dan Studi Kultural, maka kita harus membaca secara utuh pula tanpa memilih sub judul yang sesuai dengan kehendak kita sendiri.
Keempat; membaca ulang secara cepat dengan membuat garis bawah atau menandai poin-poin penting yang bisa dibuat kesimpulan, ada yang mampu membaca sambil mengambil garis bawah dengan resiko kadang yang kita garis bawahi ternyata sama, maka lebih baik kita baca ulang dan baru menggaris bawahi agar tidak terjadi pengulangan penggaris bawahan. Proses ini penting agar ketika suatu saat hendak membaca buku yang sama, kita sudah bisa membaca cepat lewat garis bawah yang dibuat.
Kelima; menulis kesimpulan secara acak dalam komputer atau buku tulis. Tulis apa saja yang sudah kita garis bawahi di atas, memang tidak semua yang digaris bawahi akan kita tulis, melainkan memilih poin-poin yang paling penting saja dan berkaitan dengan tema tulisan yang hendak kita buat. Dalam menulis kesimpulan pada tahap ini, biarkan apa yang kita tulis itu apa adanya tanpa melihat keterkaitan antar paragraf atau antar poin-poin penting yang ditulis
Keenam; Baru pada tahap ini kita mengatur tulisan dalam paragraf-paragraf dengan memperhatikan mana yang paragraf utama dan mana yang merupakan paragraf penjelas serta keterkaitan antar paragraf. Artinya kita mengatur ulang paragraf-paragraf yang akan ditulis, bila menggunakan komputer lebih mudah sebab tinggal memindah paragraf, bila menggunakan buku tulis sebaiknya kita tandai dengan pensil mana paragraf utama dan yang mana paragraf penjelas, serta mengkaitkan semua paragraf yang ada.
Ketujuh; Untuk memudahkan tahap keenam kita buat sub judul baru yang berbeda dari buku asli atau mirip juga boleh asal tidak persis sama, sebab ini menandakan pemahaman kita terhadap buku. Dari sub judul yang dibuat, lantas kita atur paragraf dengan memasukkan pada sub-sub judul yang dibuat. Dalam tahap ini kita bisa membuat judul tulisan yang akan kita buat, membuat judul diakhir penulisan lebih bagus karena judul yang dibuat lebih mewakili tulisan, menarik dan sesuai dengan hasil pemahaman kita.

Kedelapan; melakukan telaah kritis pada beberapa kesimpulan yang ada dalam buku hasil bacaan kita, sehingga kita menjadi pembaca yang kreatif. Ingat tidak ada karya tulis yang sempurna, setiap karya tulis pasti ada kekurangan (jangan takut jika tulisan kita dinilai jelek, sebab sebuah penilain itu relatif, jadi teruslah menulis, jika tidak berguna sekarang nanti pasti beguna), lebih berbahaya lagi setiap karya tulis menyimpan misi terselebung yang harus diuangkap agar kita tidak terperangkap. Dinisinilah urgensi pembacaan kreatif ini, ketika kita mampu menemukan kelemahan sebuah buku, bisa mengungkap maksud yang tersembunyi dari sebuah tulisan, dan bisa mengkritisi sebuah buku dengan alasan yang masuk akal, maka kita telah menjadi pembaca yang kreatif meski belum sempurna. Sebaiknya jika hendak menulis Resensi Buku pada tahap ini, hasil resensi buku akan lebih bagus. Jika hendak menulis resensi buku ada beberapa tahap yang ditempuh: a) menulis judul resensi yang menarik dan aktual b) menulis judul buku yang dibaca, penulis, penerjemah (jika terjemahan), penerbit, cetakan keberapa dan tahun terbitnya c) Beberapa kesimpulan yang kita buat, kita buang yang tidak perlu dan memperjelas maksud tulisan d) mengaitkan dengan kondisi yang ada di sekitar kita agar resensi buku nampak aktual e) memberi penilaian terhadap buku, kelemahan dan kelebihan serta kritik kita terhadapnya f) membandingkan dengan buku yung sama (jarang penulis resensi buku melakukan tahap ini, tapi sebaiknya dilakukan karena menunjukkan wawasan kita). Contoh resensi buku, ada dalam tulisan Era Kebangkitan Tuhan.
Kesembilan; beberapa buku yang kita baca (minimal 10 buku) ternyata memiliki keterkaitan, kita bisa menulis buku baru dengan tema baru sesuai kehendak kita. Jadi kita tidak terus menerus menjadi objek dari buku yang kita baca, melainkan bagaimana caranya kita menjadi subjek kreator baru dengan cara menjadi penulis berdasarkan apa yang kita baca. Inilah yang dimaksud dengan teori resepsi yakni menjadikan pembaca sebagai sentral baru dalam kebudayaan manusia masa kini.
Kesepuluh: mengamalkan apa yang dibaca dalam beribadah, mendekatkan diri pada Allah, pekerjaan, karir, dan menjalani kehidupan sehari-hari. Ilmu yang diamalkan secara ikhlas akan bermanfaat untuk berhasil di Akhirat kelak dan dunia yang sangat pendek ini.

Bumi Allah, 08 Juni 2010

Jumat, 25 November 2011

Tazkiyatun nafs

Tazkiyatun Nafs: Sebab yang menarik manusia pada kehidupan dunia

Saif Al Battar

Kamis, 24 November 2011 21:20:00

Sesungguhnya segala puji itu milik Allah. Kami memuji-Nya, memohon pertolongan kepada-Nya dan berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kami dan keburukan amal-amal kami. Barang siapa diberi petunjuk Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkan. Dan barang siapa disesatkan Allah maka tidak ada yang dapat menunjukinya.

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”. (QS. Ali ‘Imran :102)

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menta’ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar”. (QS. Al Ahzab : 70-71)

“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”. (QS. An Nisa’ : 1)

Dan aku bersaksi bahwa tiada llah kecuali Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, yang telah menyampaikan risalah, menunaikan amanah dan memberi nasehat kepada umat. Mudah- mudahan kesejahteraan dan keselamatan dicurahkan Allah kepada junjungan kita Muhammad saw, kepada keluarganya serta sahabat-sahabatnya,
Wa ba’du:

Diri seseorang merupakan perintangan pertama bagi mereka yang hendak melangkah di jalan jihad yang mendaki ini. Sebagaimana ucapan Ibnul Qoyyim rhm. “Ketahuilah bahwa diri itu merupakan gunung besar yang merintangi jalan mereka yang melangkah menuju keridloan Allah. Tidak mungkin seseorang bisa menempuh jalan tersebut sebelum ia melewati gunung yang besar itu”.

Jalan yang mendaki dan sulit ini… gunung yang besar ini, disertai pula dengan lembah-lembah, bukit-bukit dan jurang-jurang yang dalam. Syetan berdiri di atas puncaknya dan memperingatkan dengan maksud menakut-nakuti orang yang berusaha untuk mendaki puncak ketinggian tersebut. Perintang yang datangnya dari diri sendiri ini harus kamu lewati sehingga kamu sampai ke jalan Allah yang aman. Jalan keselamatan yang diterangi oleh wajah Allah swt.
Maka dari itu kamu harus mendaki gunung ini. Setiap mana seorang muslim mencoba untuk menaikinya, maka syetan meneriakinya, hawa nafsu menariknya, syahwat melemahkan kemauannya. Semua bermaksud untuk melengketkan ke bumi, meski orang tersebut adalah ulama besar. Maka dari itu harus melepaskan dirinya dari segala macam keterikatan, dari segala macam ikatan dan belenggu sehingga tubuhnya menjadi enteng dan dapat mendaki puncak yang tinggi itu. Apabila ia berhasil mendaki puncak itu, maka ia akan menemukan jalan yang aman, seperti yang difirmankan Allah Azza Wa Jalla:

“Allah menyeru (manusia) ke negeri keselamatan (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus”. (QS. Yunus: 25)

Dan ia adalah jalan yang diterangi dengan cahaya,lurus, aman, lagi menjamin keselamatan. Yaitu sesudah mana seseorang berhasil melewati rintangan besar yang menghadangnya. Rintangan itu adalah hawa nafsu yang selalu mendorong berbuat jahat.

SEBAB YANG MENARIK MANUSIA KEPADA KEHIDUPAN DUNIA

Pertama: Kebodohan

Sebenarnya banyak sekali faktor yang membantu nafsu (yang selalu mendorong berbuat jahat) untuk mengikat pemiliknya kepada kehidupan dunia. Diantara yang utama adalah “kebodohan”. Kebodohan adalah kubangan yang busuk baunya, mengikat setiap yang mempunyai hawa nafsu dengan kebusukannya sehingga iapun tenggelam dan menyelam dalam lumpurnya yang berbau busuk.

Kebodohan merupakan faktor terbesar yang merintangi perjalanan seseorang kepada Allah Azza Wa Jalla. Merintangi kaki dari belenggu yang mengikatnya. Merintangi ruh yang akan melepaskan diri dari belenggunya. Kebodohan, apabila telah menimpa diri seseorang, maka terkadang akan membuatnya mengingkari adanya matahari meskipun ia melihat di siang hari bolong.

“Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka niscaya mereka juga tidak beriman, kecuali jika Allah menghendaki. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengerti (bodoh)”. (QS. Al An-aam : 111)

Andaikata orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka, para malaikat datang, dan seluruh binatang liar datang serta berbicara kepada mereka; tetap saja mereka tidak beriman. Penyebabnya adalah kebodohan (akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengerti).

Bodoh disini bukan berarti kurang pengetahuan, akan tetapi “tidak mengerti”. Orang yang mengetahui tentang Allah adalah yang takut dan bertaqwa kepada Nya. Sebagaimana firman Allah :

“Apakah kamu hai orang-orang musyrik yang lebih beruntung ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedangkan ia takut kepada (adzab) akherat dan mengharap rahmat Rabbnya? Katakanlah, “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui ? “Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (QS. Az Zumar : 9)

Orang yang beribadah, berdiri sholat sepanjang malam, mengharap surga yang dijanjikan Rabbnya, takut terhadap adzab Nya; adalah orang-orang yang dikatakan `alim (berilmu/mengetahui).

Ibnu Mas`ud r.a. berkata,
” Bukanlah yang dinamakan ilmu itu dengan banyaknya riwayat (yang dihafalkan), tetapi ilmu adalah sesuatu yang mendatangkan rasa takut”.

Mari kita simak bersama perkataan nabi Yusuf As, “ Dan jika engkau tidak dihindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku akan menjadi diantara orang-orang yang bodoh”. (QS. Yusuf : 33)

Yusuf mengetahui bahwa zina adalah perbuatan keji dan suatu kemaksiatan yang besar. Namun demikian, pengetahuan nabi Yusuf akan kekejian perbuatan tersebut tidak menafikan predikat bodoh andaikan ia terjerumus ke dalamnya. Jadi kebodohan adalah rintangan yang paling besar yang menghadang di depan jalan mendaki dari gunung yang dinamakan’Hawa nafsu yang selalu mendorong berbuat jahat’.

Oleh karenanya, Nabi Musa As menjawab perkataan kaumnya ketika ia menyuruh kepada mereka menyembelih sapi betina dan mereka mengatakan, “Adakah engkau akan menjadikan kami bahan olok-olokan?”.

“Aku berlindung kepada Allah menjadi diantara golongan orang-orang yang bodoh
(QS. Al Baqarah : 62)

Beliau tidak menjawab dengan ucapan, “Aku berlindung kepada Allah menjadi diantara golongan orang-orang yang mencemooh”.

Oleh karena kebodohan lebih besar bala`nya daripada mencemooh. Bodoh terhadap Allah sebab yang menjadikan seseorang mencemooh dan memperolok-olok yang lain.

“Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya dikala mereka berkata, “Allah tidak menaruhkan sesuatu kepada manusia”. (QS. Al An `aam : 91)

Sikap tidak menghormati Allah serta tidak mengagungkan Nya adalah yang dinamakan jahil/bodoh terhadap Allah `Azza Wa Jalla. Ma`rifat atau pengetahuan tidak menafikan kebodohan. Kadang ma`rifat dan kebodohan bertemu dalam diri seseorang, ilmu adalah lawan dari kebodohan. Dan ilmu itu sendiri adalah rasa takut. Boleh jadi seseorang banyak mengetahui sesuatu dan banyak mengerti sesuatu, akan tetapi sebenarnya ia tidak mengetahui kecuali sedikit saja.

“Aliif lam miim. Telah dikalahkan bangsa Romawi. Di negeri yang terdekat (1) dan sesudah mereka dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah.Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. (sebagai) janji yang sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS. Ar-Ruum : 1-7)

Mereka mengetahui seluk beluk dan rahasia atom, putaran elektron, kapal terbang, kapal perang, jet-jet tempur serta teknologi tinggi yang lain. Mereka mengetahui itu, akan tetapi mereka lalai terhadap kehidupan akhirat. Maka dari itu mereka dikatakan kaum yang tidak mengetahui.

Oleh karena itu para ulama berkata, “Orang yang berolok-olok atau bersenda gurau dengan ayat Al-Qur’an adalah fasik”. Dan sebagian dari mereka berpedapat kufur.

Misalnya ada sekumpulan orang yang sedang menghadapi jamuan makanan. Lalu salah seorang dari mereka maju untuk mengambil makanan seraya berkata, “Wa nasafnal jibaala nasfaa, artinya : “Dan kami hancurkan gunung-gunung itu sehancur-hancurnya.” Maka perbuatan seperti itu tergolong perbuatan fasik menurut jumhur ulama, dan kufur menurut sebagian di antara mereka. Sebab ayat Al-Qur’an adalah firman Allah, bukan untuk bahan olok-olokan ataupun senda gurau.

“Katakanlah,“Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.” (QS. At-Taubah : 65-66)

Maka dari itu, waspadalah dari persoalan ini. Kalian jangan menjadikan hadits-hadtis Nabi dan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai bahan untuk melucu dan menghibur agar orang-orang tertawa dan senang. Kalian harus berhati-hati dan tetap mengagungkan Allah, karena Dia adalah Dzat yang Maha Perkasa, Maha Agung, Maha Suci dan Maha Luhur.
Maka dari itu, ketika Rasulullah saw merasa bersedih hati atas berpalingnya kaum beliau dan berduka melihat jalan yang mereka tempuh, maka Allah menegurnya :

“Dan jika berpalingnya mereka (darimu) terasa amat berat bagimu, maka jika kamu dapat melihat lobang di bumi atau tangga ke langit lalu kamu dapat mendatangkan mu’jizat kepada mereka, (maka buatlah). Kalau Allah menghendaki tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk, sebab itu janganlah kamu sekali-kali termasuk orang-orang yang jahil.” (QS. Al-An’am : 35)

Kalau mau membicarakan soal kebodohan, maka pembahasannya akan sangat panjang. Adapun cara terbaik untuk menghadapi orang-orang bodoh adalah berpaling dari mereka. Sebab jika kamu berdebat dengan mereka, maka mereka akan mengalahkanmu –dengan kengototan mereka–. Dan jika kamu dapat mengalahkan mereka, maka mereka akan membencimu. Dan mereka tidak akan mau mengakui kebenaranmu. Maka jalan yang terbaik adalah berpaling dari mereka.

“Maka berpalinglah engkau (wahai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami.” (QS. An-Najm : 29)

Dan….

“Maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik.” (QS. Al-Hijr : 85)

Berpalinglah kamu dari mereka dan jangan berdebat dengan mereka. Oleh karena perdebatan itu hanya akan menambah kecongkaan mereka. Imam Asy-Syafi’i pernah mengatakan, “Tiadalah aku berdebat dengan orang-orang yang bodoh melainkan ia akan mengalahkanku. Dan tiadalah aku berdebat dengan orang yang pandai melalinkan aku akan dapat mengalahkannya.”

Tentu saja karena orang bodoh terkadang mengingkari –seperti pernah saya katakan—cahaya matahari yang bersinar di siang hari bolong dan cahaya rembulan pada saat purnama.

Maka biarkanlah orang-orang bodoh itu. Mereka akan mati jika kalian tinggalkan. Dan akan hidup jika kalian ajak mereka berdebat. Mudah-mudahan dengan jalan meninggalkan mereka, maka mereka akan tercegah berlaku sombong dan congkak. Dengan menjauhkan diri dan meninggalkan berdebat dengan mereka, maka mereka akan mengerti kedudukan mereka sendiri. Ini jika kamu merasa pasti bahwa dia adalah seorang yang bodoh, mengikuti hawa nafsunya sendiri, tidak mau mengakui kebenaran dan tidak mau mengikuti sesuatu yang telah pasti kebenarannya.

Kedua: Lalai

Sifat lalai menyebabkan orang terjerumus ke dalam neraka.

Allah Ta’ala berfirman :

“Sesungguhnya orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan di dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Yunus : 7-8)

Lalai menyebabkan seseorang berpaling, menyebabkan seseorang menyikapi peringatan ayat-ayat Allah dengan senda gurau :

“Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya). Tidak datang kepada mereka suatu ayat al-Qur’an pun yang baru (diturunkan) dari Rabb mereka, melainkan mereka mendengarnya, sedang mereka bermain-main, (lagi)hati mereka dalam keadaan lalai. Dan mereka yang zalim itu merahasiakan pembicaraan mereka, ‘Orang ini tidak lain hanyalah seorang manusia (jua) seperti kamu, maka apakah kamu menerima sihir itu, padahal kamu menyaksikannya.” (QS. Al-Anbiya’ : 1-3)

Kamu mendatanginya dengan membawa berita yang sangat penting dan dengan perkataan yang serius. Kamu ceritakan kepadanya tentang berbagai pertempuran yang membuat agama Islam menghadapi dua pilihan : lenyap atau terus bertahan. Kamu ceritakan kepadanya tentang pertempuran yang sangat dahsyat dan membinasakan. Membinasakan anak manusia sebagaimana halnya batu penggiling menumbuk halus bulir padi. Namun demikian dia lalai dan tidak begitu mengacuhkan. Sambutan yang diberikannya padamu hanyalah senyum hampa atau mengatakan padamu, ‘Saya telah mendengar cerita mereka, bahwasanya mereka telah melakukan begini dan begitu.

Saya tidak punya waktu untuk mendengar pembicaraan mengenal kaum itu.’

Dia sibuk mengumpulkan uang dan menghitung-hitungnya, dia sibuk dengan berbagai macam buah-buahan yang hendak dimakannya dan berbagai macam jenis minuman yang hendak ditenggaknya. Kamu datang kepadanya untuk mengekang hawa nafsunya, untuk menyadarkannya sedikit dari kelalaian yang menghinggapi dirinya dari ujung kaki sampai puncak kepala. Kamu hendak mengalihkan sedikit perhatiannya dari tumpukan uang yang selalu dihitung-hitungnya dan dari dunia yang ia jadikan tempat bersenang-senang, dan dari kehidupannya yang ia jadikan sebagai senda gurau dan main-main belaka. Kehidupan dunia telah menipunya. Dia tidak punya waktu sedikitpun untuk mendengar perkataan yang bermanfaat bagi kehidupannya di dunia dan di akhirat.

KITA LEBIH BERHAK TERHADAP PENGGUNAAN WAKTU

Ada beberapa orang bertanya pada Piccaso: “Berapa jam anda tidur dalam sehari?” “Empat jam.” Jawabnya. “Apakah empat jam cukup bagi anda?” Tanya mereka. Piccaso menjawab, “Kalian ingin saya tidur delapan jam sehari hingga sepertiga kehidupan saya terbuang sia-sia untuk tidur? Kapan saya bisa memuaskan kesenangan saya dan menyalurkan hobby serta bakat saya? Saya hanya tidur empat jam sehari.”

Siapa yang lebih berhak terhadap waktu? Kalian ataukah mereka?. Kalian yang berdiri shalat menghadap Rabbul Alamin atau mengikuti jejak Syahidul Mursalin shallallohu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan lapang dan sempit, di malam yang gelap gulita dan di siang yang terang oleh cahaya mentari, ataukah mereka yang berlaku sombong yang tidak mau tidur delapan jam sehari supaya kesenangan dan keinginan mereka dapat terpenuhi dan tersalurkan?
Kita diperintahkan untuk menghentikan persahabatan dengan kaum yang lalai itu. Kita diperintahkan untuk menghentikan pembicaraan dengan mereka. Kita boleh memberikan kepada mereka sedikit senyuman, sedikit akhlak dan mu’amalah/perhubungan baik kita. Tetapi kita tidak boleh membuang-buang waktu kita bersama mereka. Kita tidak boleh menyatukan suatu pendapat apapun dengan mereka.

“Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengikuti Kami serta memperturutkan hawa nafsunya dan adalah urusannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi : 28)

Kata “Janganlah kamu mengikuti” dalam ayat ini adalah larangan, sedangkan larangan di situ menunjukkan keharaman.

Adalah urusannya kalau dia melampaui batas, oleh karena mengikuti hawa nafsu serta kelalaian hanya akan membawa cerai berainya urusan, lepasnya ikatan di antara manusia, hilangnya pemikiran yang sehat dan lenyapnya logika yang benar.

Ketiga: Hawa Nafsu

Hawa nafsu adalah kecenderungan manusia untuk memperturutkan syahwat/keinginannya. Hawa nafsu lawannya adalah kebenaran. Allah adalah Dzat yang Maha Benar, Dia menciptakan langit dan bumi dengan alasan yang benar. Firman-Nya :

“Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.” (QS. Al-Mukminun : 71)

Hawa nafsu akan membuat seseorang berlaku zhalim dan kezhaliman itu membuat seseorang tersesat dari jalan yang benar.

“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (QS. Shaad : 26)

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Nisa’ : 135)

Hawa nafsu akan selalu menjauhi keadilan, sedangkan kebenaran akan selalu diikuti keadilan.

Karena itulah hawa nafsu –dalam bahasa Arabnya—“Hawa”() yang berarti jauh dari tempat ketinggian ke tempat yang rendah. Oleh karena itu ia menjatuhkan orang yang mengikuti hawa nafsunya dari ketinggian ke tempat yang rendah. Maka orang yang mengikuti hawa nafsu adalah orang yang merosot dan jatuh bersama hawa nafsu, kelalaian dan kebodohannya ke tempat serendah-rendahnya di dunia dan akhirat, di mana ruhnya jatuh ke neraka Sijjil.

Terkadang hawa nafsu bisa membesar dalam diri seseorang sehingga orang tersebut tidak menentang kemungkaran yang dilihatnya dan tidak mengikuti kebaikan yang telah diyakininya. Bahkan bisa menjadi lebih besar lagi sehingga ia melihat yang mungkar menjadi ma’ruf dan ma’ruf menjadi mungkar.

“Dan apabila mereka melihat kamu (Muhammad), mereka hanyalah menjadikan kamu sebagai ejekan (dengan mengatakan), ‘Inikah orangnya yang diutus Allah sebagai Rasul? Sesungguhnya hampirlah ia menyesatkan kita dari sembahan-sembahan kita, seandainya kita tidak sabar (menyembah)nya’. Dan mereka kelak akan mengetahui di saat mereka melihat azab, siapa yang paling sesat jalannya. Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilahnya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” (QS. Al-Furqan : 41-44).

Hawa nafsulah yang menjadikan seseorang cenderung kepada dunia dan kemewahannya. Dan hawa nafsu pula yang menurunkan kedudukan ulama’ dari tingkatan di bawah para nabi, yakni tingkatan para shiddiqin ke tingkat seekor anjing.

“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al-Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (QS. Al-A’raf : 175-176).

Seperti anjing yang tiada henti-hentinya menjulurkan lidahnya, sama saja di saat dia istirahat ataupun tengah kecapaian. Sungguh alangkah indah dan mengenanya penyerupaan dan penggambaran yang dilukiskan Allah melalui firman-Nya.

Di dalam kitab-kitab tafsir diterangkan bahwa ayat di atas mengisahkan tentang seorang laki-laki Bani Isra’il yang bernama Bal’am bin Ba’ura’. Dahulunya ia adalah seorang yang sangat alim dan sangat mustajab do’anya. Ketika tentara Musa a.s. datang untuk menggempur kaum lalim yang bermukim di Palestina, maka kaumnya datang dan menemui serta membujuknya, ’Berdo’alah kepada Allah untuk membinasakan Musa dan pengikutnya’. Maka lelaki ini menyanggupi permintaan kaumnya karena tamak terhadap dunia mereka. Lalu lidahnya menjulur ke dada dan ia meninggalkan ayat-ayat Allah. Maka jadilah ia seperti anjing, jika dihalau, lidahnya menjulur dan jika dibiarkan lidahnya tetap menjulur.

Keempat: Syahwat (Ambisi)

Sebab keempat yang menyebabkan diri manusia bertindak durhaka dan melampaui batas adalah syahwat. Syahwat menarik diri manusia untuk melakukan apa saja yang diinginkannya. Syahwat yang pertama adalah berlaku sombong di muka bumi. Yang menjadikan kebenaran seperti kebatilan dan menjadikan kebatilan seperti kebenaran. Orang-orang yang berlaku sombong di muka bumi tidak akan masuk surga.

“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Al-Qashash : 83).

Wallohu ta’ala a’lam bishshowab

sumber: Ashabulkahfi site

GURU BAGI 1500 ANAK PUTUS SEKOLAH

Lilis Hasanah : Guru Bagi 1500 Anak Putus Sekolah
Posted by admin in Profil on 06 9th, 2010 | no responses


Seorang anak lelaki kecil, sebut saja Adi (4 tahun) tengah menangis di salah satu gang Kota Bandung. Ia merasa nasibnya tak seberuntung teman sebayanya yang bisa sekolah di Taman Kanak-kanak. Ia hanya bisa memandangi keceriaan teman-temannya yang akan berangkat sekolah.

Melihat kesedihan anaknya, sang ibu pun tak kuasa menahan air mata. Sebagai ibu, ia merasa tak mampu memberikan pendidikan yang layak. Tak sengaja situasi itu tertangkap mata oleh Lilis Hasanah, yang tak lain tetangga sang ibu tadi. Lilis lantas mendekat, sambil menanyakan apa gerangan yang terjadi. Mendapat penjelasan sang ibu yang sambil menangis, hati Lilis seolah terpukul.

Lilis bisa merasakan beban yang dirasakan si ibu. Naluri keibuannya tak bisa dibohongi. Ada dorongan kuat untuk ikut membantu. Meski akhirnya ia tak bisa berbuat apa-apa, karena anak-anaknya pun masih membutuhkan biaya sekolah.

Tapi wanita kelahiran Bandung, 27 Juli 1960 ini tak berhenti mencari jalan keluar. Hari-harinya, sarjana pendidikan luar sekolah itu berupaya untuk membantu anak tadi. Ternyata dalam pengamatannya masih banyak anak-anak di lingkungannya yang bernasib sama. Wanita yang juga ketua PKK di lingkungannya ini pun bertekad untuk membuat pendidikan untuk mereka, meski seadanya.

Berbekal sedikit pengetahuan yang ia miliki, Lilis bersama ibu-ibu lainnya membuka Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Teras rumahnya yang sederhana, ia sulap menjadi kelas sederhana. “Tanpa bangku dan meja pun tetap jalan dan tidak mengurangi kecerian anak-anak,” ujar Lilis. Belum lama kelas ini dibuka, sudah 45 anak mendaftar sebagai murid. Walhasil, anak sejumlah itu meramaikan hari-hari Lilis dari mulai pukul 7 pagi hingga 10 siang.

Sekolah itu kini berada di bawah lembaga bernama Komunitas Perempuan Peduli Pendidikan Masyarakat (KANPAS).

KANPAS yang dipimpin Lilis tak hanya menyediakan pendidikan dini anak-anak kurang mampu. Lilis juga berupaya membantu agar taraf hidup mereka menjadi lebih baik, yakni dengan memberikan keterampilan pada para ibu, seperti tata boga dan menjahit. “Mudah-mudahan dengan keterampilan ini mereka bisa membantu para suami mencari nafkah,” kata Lilis.

Menjahit memang salah satu kemahiran yang dimiliki Lilis. Dari kemahiran ini, selain ia bisa memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, ia pun bisa mendapat tambahan uang untuk kebutuhan belajar anak-anak didiknya.

Kian hari ia menggeluti kerja sosial ini ternyata banyak realitas mengenaskan yang ia temukan. Misalnya, banyak anak-anak di lingkungannya yang tidak tamat SD, ibu-ibu yang masih buta aksara, termasuk banyak juga warga yang tidak bisa membaca al-Qur’an.

Bagi Lilis ini adalah tantangan. Ia bertekad tidak akan lari dari masalah ini. Selanjutnya, ia mulai mengumpulkan ibu-ibu tersebut di rumahnya. Ternyata mereka mempunyai semangat belajar. Hingga suatu hari ada yang membuatnya haru sekaligus makin semangat saat seorang ibu berkata, “Bu Lilis sekarang saya bisa baca koran, al-Qur’an, dan bisa membacakan buku cerita untuk anak saya.”

Teman Curhat

Di balik aktivitas Lilis dalam memberikan pendidikan, ternyata banyak cerita menarik dalam menghadapi anak didiknya. “Saya lebih banyak memberi motivasi dan membangun rasa percaya diri mereka untuk terus belajar dan maju,” aku Lilis. Ini pun bukan perkara mudah. Malah ada yang mengatakan, “Sudahlah Bu, biar saya saja yang bodoh dan tidak bisa baca asal jangan anak saya,” kenang Lilis.

Tapi Lilis tidak menyerah. Ia mencari cara agar mereka tetap mau belajar, misalnya dengan berkomunikasi dari hati ke hati. Biasanya mereka pun akan mengungkapkan isi hatinya. Lilis pun menjadi pendengar setia bagi mereka, sambil mencari solusinya.

Jika waktu dan tempat yang menjadi kendala, Lilis pun akan menyediakan sesuai keinginan mereka. Begitu juga kalau ada yang merasa malu. “Ada beberapa ibu yang malu kalau harus belajar bersama dengan yang tidak seumur, biasanya kita kelompokkan,” ujar Lilis.

Selain cara itu, Lilis pun harus pintar mengambil hati mereka. Pernah ada seorang anak remaja dengan anting dan bertato menemuinya. Dalam benaknya terlintas, “Jika ia dibiarkan bagaimana dengan masa depannya.” Betul saja anak remaja itu membuka pembicaraan, ia mengemukakan keinginan untuk belajar mengaji. Ia mengatakan, “Bu, saya ingin seperti orang lain dan tidak mau berada di lingkungan seperti ini. Saya ingin belajar mengaji.”

Ia juga mengajarkan kepada orangtua murid yang anak-anaknya ikut PAUD, tentang bagaimana mendidik anak di rumah. Menurut Lilis, sinergi keluarga dan lembaga pendidikan adalah solusi mencapai tujuan bersama.

Kini, untuk menjalankan programnya, Lilis dibantu oleh 10 orang tutor dan guru. Mereka bekerja secara sukarela. Makanya saat tutor dan guru itu akan bergabung, Lilis tak lupa memberikan nasehat. Katanya, ini kesempatan untuk mengamalkan ilmu. “Namun, jika ingin mencarai kekayaan bukan di sini tempatnya,” kata wanita lulusan IKIP Bandung ini. Syukurnya, selalu ada saja yang menawarkan diri untuk membantu di lembaganya.

Begitu juga bantuan, alhamdulillah untuk membantu operasional lembaga ada donatur yang ikut berpartisipasi. Selain itu, sebuah lembaga zakat nasional juga memberikan bantuan berupa pelatihan kewirausahaan, desain grafis, dan menjahit. Inilah keunikan KANPAS, berbagai keterampilan diajarkan di sini, termasuk belajar nasyid.

Bagi warga yang belajar dan ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, Lilis sudah menjajaki kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi yang bisa menampung warga belajarnya. ”Alhamdulillah, saat ini sudah ada perguruan tinggi yang bersedia,” Lilis bersyukur.

Didukung Suami

Apa yang membuat Lilis bertahan dengan pekerjaan ini? Menurutnya, mereka orang-orang yang bersemangat. Lilis bercerita tentang seorang muridnya yang bekerja sebagai penjual Martabak. Ia bercita-cita menjadi seorang ustadz yang bisa berceramah. Setiap hari, anak yang tadinya pendiam itu menempuh perjalanan 20 km ke rumah Lilis. Kini setelah digali bakatnya, sambil belajar ilmu yang menunjang, akhirnya anak ini mulai berani tampil di depan teman-temannya.

Sang suami, Sudrajat, ikut membantu pekerjaan Lilis. Selepas shalat Shubuh, Sudrajat mengambil koran ke agen besar, lalu menaruh koran-koran di tempat yang sudah ia sediakan. Yang menjaga adalah anak didik Lilis. “Ini salah satu pelajaran kemandirian, agar kelak mereka lebih bisa mandiri dan survive,” ujar Sudrajat.

Kini KANPAS menempati rumah kontrakan di Gang Bakti, Kelurahan Cikutra, Bandung. Syukurnya, tempat tidak menyurutkan niat dan tekad warga didiknya untuk terus maju dan sejajar dengan yang lain. Lilis yang pernah punya keinginan jadi wanita karir ini pun bangga menjalankan ini. Prinsipnya, menjadi ibu rumah tangga adalah karir yang luar biasa mulia dan terhormat jika ia mampu melahirkan generasi yang lebih baik dari sebelumnya. ”Sekarang saya sudah menjadi “orang berada”, maksudnya sering berada di rumah,” kelakar Lilis.

Obsesi Lilis hanya satu; ingin memberikan kontribusi yang lebih besar lagi bagi masyarakat dengan mencerdaskan masyarakat. “Sehingga mereka tidak terus terpuruk lebih lama dalam kebodohan,” harapnya.

Kini, telah ada 1500 anak asuh paket A, B, dan C yang tersebar di Sukabumi, Sumedang, Garut, dan Cianjur yang ditangani Lilis. *Ngadiman/Suara Hidayatullah NOPEMBER 2009

Rabu, 23 November 2011

SosialisasiKebijakan dan program Sub sektor minyak dan gas bumi dalam pemanfaatan Sumber daya alam untuk kemakmuran rakyat


Acara berlangsung 1 hari bertempat di hotel candisari . hari selasa tanggal 22 november 2011. Pemateri dari Dirjen esdm, Bagian Perekonomian Setda Kab. Kebumen, dan dari pelaku pemanfaatan sumber energi alternativ oleh Bpk Yudi Susetyo, dan do moderatori oleh Wartawan senior Bpk Komper Wardopo.


Acara berlangsung menarik saat memasuki sesi dialog , pertanyaan dari peserta sangat relevan dengan materi yang sedang dibahas. Beberapa hal yang dapat kami simpulkan dari acaranya ini adalah
1.Makin terbatasnya sumber minyak kita kurang lebih cadangn minyak kita akan habis 15 tahun lagi dan gas bumi 60 tahun lagi, maka perlu dikembangkan energi alternatif yang dpat dinikmati oleh rakyat banyak tanpa harus menambah anggaran negara dalam produksinya.
2. Menuntut peran serta warga masyarakat dalam proses peralihan /konversi dari energi yang bersumber dari fosil ke energi alternatif yang berbiaya murah dan bermanfaat bagi masyarakat.
3. Seluruh komponen baik dinas terkait, aktifis lingkungan dan pengusaha untuk bekerjasama demi lancarnya distribusi gas dan terjaminnya masyarakat setelah konversi ini.
4. Meningkatkan kesadaran masyarakat adanya potensi alam yang ada di kebumen untuk menjadikannya sumber energi alternatif yang baru didukung dengan upaya pemerintah dalam memfasilitasi lancarnya program.

Jumat, 18 November 2011

Tebar Hewan Kurban 1432 H


Alhamdulillah kegiatan ini bekerjasama dengan Dompet Dhuafa , BMT Ummat Sejahtera dan BMT Bina Insani Kebumen. Kali ini kami bagikan daging kurban di wilayah Kuwayuhan, Kedawung, Jatiluhur dan Komunitas Pedagang Asongan Kebumen. Untuk wilayah Kuwayuhan hewan kurban dipotong pada hari Ahad, tanggal 10 Dzulhijjah 1432 bertempat di Musholla Mujahidin.Dan di Pondok Pesantren Daruth Thoyyibah pada hari senin tanggal 11 Dzulhijjah 1432 H. dibantu beberapa relawan dari beberapa wilayah yang dapat hadir membantu kami segenap panitia mengucapkan jazakumullohu khoir atas bantuan dan kerelaan teman-teman ikut membantu terlaksananya Tebar Hewan Kurban ini.
Pemotongan hewan kurban serta dibagikan kepada para penerima hewan kurban dengan diantar kerumah masing-masing.