TUGAS MATA KULIAH
MANAJEMEN
KINERJA
“PEMBINAAN SUMBER DAYA MANUSIA”
DOSEN
:SULIS RIPTIONO. SE,M.M
DISUSUN
OLEH:
KELOMPOK 9
MANAJEMEN VI B WEEKEND
1.
Mukhitun
2.
Mukharom ngibadi
3.
Bilaludin
|
080055630
090055794
090055890
|
STIE PUTRA BANGSA KEBUMEN
JL.RONGGOWARSITO
NO. 18 PEJAGOAN
TAHUN
2011/2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Allah swt atas karunia yang telah diberikan kepada kita semua, sholawat serta
kita haturkan kepada Nabi kita Muhammad saw, keluarganya, sahabatnya, dan para
pengikutnya yang istiqomah di jalan-Nya. Alhamdulillah penulis diberi kemudahan
dalam menyelesaikan tugas pada mata kuliah Manajemen Kinerja yang dibimbingoleh Bapak Sulis Riptiono, SE., MM.
Makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Kinerja.Selain itu untuk menambah
pengetahuan mengenai Manajemen Kinerja khususnya mengenai “PEMBINAAN
SUMBER DAYA MANUSIA”.
Demikian yang dapat kami sampaikan.Kami
sadar dalam penyusunan makalah
ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu untuk kesempurnaan dan
kelengkapan makalah ini, kami mohon kepada para pembaca untuk memberikan saran
dan kritik yang membangun. Terima Kasih.
|
Kebumen, 12 Mei 202
Penyusun
|
PEMBINAAN SUMBER DAYA MANUSIA
Setiap organisasi, baik organisasi bisnis maupun organisasi pemerintahan,
menginginkan sumber daya manusia yang dimilikinya dapat memberikan konstribusi
sebesar-besarnya bagi organisasi.Namun, dalam kenyataan sering ditemui bahwa
kemampuan harapan manajer maupun pemimpin.
Adalah menjadi kewajiban manajer maupun pemimpin untuk mengembangkan
sumber daya manusia dalam organisasi.
Upaya pengembangan kemampuan ini mengandung konsekuensi waktu dan biaya yang
harus disediakan manajer, pemimpin, dan organisasi. Namun, hal tersebut
diharapkan akan memberikan manfaat berupa peningkatan kinerja sumber daya
manusia yang berdampak pada peningkatan kinerja organisasi pula.
Sumber daya manusia dalam sebuah organisasi, walaupun telah direkrut
melalui seleksi yang baik, namun dalam melaksanakan tugasnya masih selalu menghadapi
persoalan yang tidak dapat diselesaikan sendiri.Dalam hal masih terdapat
kekurangan kemampuan dan keterampilan pekerja, manajer dapat mengirimkan
pekerja dalam suatu program pelatihan yang diselenggarakan secara
khusus.Program pelatihan dapat dilakukan di luar atau di dalam organisasi.
Namun, peningkatan kemampuan pekerja dapat pula dilakukan oleh manager
sendiri sebagai bagian dari fungsi kepemimpinan. Sebagai pemimpin, manajer
bertanggung jawab untuk meningkatkan kemampuan dan kinerja pekerja, dan cara
yang dapat ditempuh adalah melaluicoaching, mentoring, dan conseling.
Untuk itu, manajer sendiri perlu mengembangkan keterampilan dirinya
sendiri sehingga mampui bertindak sebagai seorang coach, mentor, dan counsel
yang akan membantu pekerja mengatasimmasalah kinerja dan mengembangkan kemampuan pekerja.
A. Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pada umumnya manajer dipandang kurang baik dalam mengembangkan kemampuan bawahannya. Mereka tidak berpikir
atau bahkan lupa bahwa pengembangan sumber daya manusia adalah sebagai bagian
dari pekerjaan mereka. Manajer yang melakukan pengembangan bawahannya secara
serius, mungkin akan dapat menarik orang yang baik, menciptakan tempat bekerja
dengan moral dan standar tinggi, dan memelihara semangat untuk melakukan
perbaikan berkelanjutan. Hal demikian akan baik untuk pekerja maupun manajer.
Untuk mengembangkan sumber daya manusia, Harvard Business Essentials (2006:94) menganjurkan langkah dimulai
dengan memahami pekerja, baru kemudian mengembangkan rencana, dan akhirnya menyusun
taktik dalam mengembangkan pekerja.
1.
Mulai dengan Pekerja
Pengembangan dimulai dengan memahami aspirasi pekerja
dan tingkat kecakapan di tempat pekerjaan sekarang.Semakin banyak kita tahu
tentang orang yang bekerja untuk kita, semakin banyak kita dapat memotivasi,
meng-coach, dan membantu mereka untuk
tumbuh.
Pertemuan antara pimpinan dengan bawahan dalam penilaian kinerja merupakan salah satu
cara untuk mendapatkan saling pengertian. Pada kesempatan tersebut biasanya
pemimpin sebelumnya sudah mempunyai penilaian atas kinerja bawahan. Diskusi
diarahkan pada dialog yang menyangkut aspirasi karier dan motivasi bawahan.
2.
Mengembangkan Rencana
Apabila kita telah mempertimbangkan bahwa bawahan
telah termotivasi untuk mendapatkan keterampilan baru, langkah selanjutnya
adalah mengembangkan rencana. Rencana harus menyangkut menambahkan satu atau
dua penguasaan menantang dan kemudian menggunakan coaching atau pelatihan
keterampilan formal untuk membantu pekerja mencapainya.
Pendekatan yang tepat akan dipertimbangkan oleh
situasi pekerja. Apapun yang kita lakukan perlu dikemas dalam rencana yang
menantang, tetapi masih terjangkau.Kemudian didiskusikan dengan pekerja,
membuat penyesuaian yang perlu, dan mendapatkan komitmen terhadap rencana.
Tiga elemen yang diperlukan untuk mendukung
pengembangan pekerja adalah pekerja yang termotivasi, sumber daya
organisasional, dan dukungan manajer.
3.
Taktik Mengembangkan Pekerja
Terdapat
empat taktik yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan bawahan, yaitu job redesign(mendesain ulang pekerjaan), delegation(delegasi),
skill
training(pelatihan keterampilan), dan career development(pengembangan
karier).
a. Job
Redesign
Apabila pimpinan percaya bahwa bawahan dapat memberi konstribusi pada tingkat yang lebih
tinggi, maka jangan sekadar diberi tambahan tanggung jawab baru. Apabila
demikian akan membuat pekerja kelelahan atau burn out. Sebaliknya, dilakukan perancangan ulang pekerjaan dengan
menyerahkan pekerjaan kepada pekerja yang lebih tepat.Bawahan potensial yang
hanya mendapat tugas mudah, perlu diberikan beban tugas dengan tingkat yang
lebih tinggi yang menyangkut tantangan dan pembelajaran. Sedangkan tugas yang ditinggalkan diserahkan kepada
orang lain yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Dengan demikian, sumber
daya manusia dapat memberikan konstribusi lebih besar bagi organisasi.
Titik awal untuk rancang ulang pekerjaan adalah mengadakan inventarisasi
secara berhati-hati dari semua tugas yang ada hubungannya dengan
pekerjaan.Tugas mungkin terdapat pada job
description formal atau dalam catatan penilaian kinerja.Apabila telah
mempunyai daftar tersebut, perlu dilihat peluang membongkar tugas tingkat
bawah.
Namun, perlu diingat bahwa seseorang yang selalu melakukan pekerjaan
terburuk.Untuk itu perlu dilakukan identifikasi dan memberikan tambahan
aktivitas yang lebih menantang.
b. Task
Delegation
Job redesign bersifat menggeser
pekerjaan secara permanen. Tetapi dalam beberapa hal, perubahan permanen tidak
sesuai.Mungkin kita hanya memberi penugasan kepada bawahan secara periodik yang
memberi tantangan dan pengalaman.Pendelegasian tugas merupakan mekanisme
manajerial yang lebih sesuai untuk melakukan ini.
Delegasi adalah pemberian tugas spesifik atau proyek dari satu orang
kepada lainnya.Apabila kita mendelegasikan, kita tidak hanya menstransfer
pekerjaan kepada orang lain, tetapi juga akuntabilitas untuk menyelesaikan
pekerjaan sesuai standar yang ditentukan.Delegasi adalah salah satu
keterampilan yang paling penting ditunjukkan oleh manajer yang sukses.
Delegasi yang efektif memberi manfaat nyata kepada pimpinan, bawahan, dan
organisasi. Apabila kita mendelegasikan tugas, kita mengurangi beban tugas dan
tingkat stress dengan menggeser sebagian pekerjaan yang harus dilakukan. Hal
ini memberikan lebih banyak waktu untuk memfokus pada aktivitas yang memerlukan
keterampilan dan kewenangan unik seperti perncanaan, analisis bisnis,
mengontrol operasi, mendapatkan sumber daya, dan berhubungan dengan masalah
manusia.Delegasi juga memperbaiki tingkat kepercayaan antara atasan dan
bawahan.
Demikian pula, pekerja yang baik mendapat manfaat dari delegasi tugas dan
proyek. Setiap saat kita mendelegasikan
penugasan, berarti memberi kesempatan peluang seseorang untuk belajar bagaimana
menerima tanggung jawab, merencanakan pekerjaan, dan mendapatkan kolaborasi
dengan orang lain. Kenyataannya, pendelegasian memberi pekerja pengalaman
dengan pekerjaan material.
c. Skill Training
Pelatihan keterampilan adalah metode lain dari dari pengembangan pekerja,
dengan tujuan untuk (a) menjaga keterampilan pekerja searah dengan kemajuan
teknologi dan praktik bisnis, dan (b) membantu pekerja menguasai keterampilan
yang mereka perlukan untuk membuat kontribusi dan kemajuan lebih besar dalam
perusahaan.
Pelatihan keterampilan merupakan pengaturan yang bersifat saling
menguntungkan.Unit kerja, perusahaan, atau organisasi yang mengusahakan pelatihan keterampilan yang
sangat efektif memperoleh manfaat dari pekerja yang bekerja baik dalam standar
sekarang. Pekerja memperoleh manfaat dengan memelihara “employ ability” atau kemampuan untuk dipekerjakan, dan dalam
beberapa hal, beruntung naik ke tingkat yang lebih tinggi.
Skill training dapat bersifat
informal atau formal.Informal training
biasanya dilakukan sebagai on-the-job
training.Ini merupakan bentuk pelatihan yang lebih murah, karena tidak
membawa pekerja keluar dari produksi dan merupakan pendekatan yang paling umum
pada keterampilan.
Formal training lebih mahal
daripada on-the-job training karena
membawa pekerja keluar dari pekerjaannya, menggunakan pelatih, dan tergantung
materi kurikulum yang harus dikembangkan dan dijaga agar selalu up-to-date.
d. Career
Development
Pengembangan karier merupakan terminology
yang menjelaskan banyak pengalaman pelatihan, penugasan kerja, dan hubungan
mentoring.Setiap organisasi atau
perusahaan bermaksud mendapatkan orang yang berharga dan mengisi lowongan yang
disebabkan adanya pekerja yang memasuki masa pensiun atau keluar dari
pekerjaan.Untuk menjaga kontinuitas dan pertumbuhan organisasi harus
menjalankan pengembangan karier. Akhirnya, praktik ini akan membentuk orang
kuat yang pada suatu hari memimpin perusahaan sebagai professional teknis,
manajer, dan eksekutif senior.
Orang dari bagian sumber daya manusia sering menyebut sebagai career ladder, atau tangga karier,
ketika berbicara tentang career
development.A career ladder
adalah serangkaian tahapan yang memindahkan pekerja berbakat dan dapat
dipromosikan melalui posisi yang secara progresif lebih menantang dan
bertanggung jawab.
Pandangan Havard Business
Essentials tersebut di atas menunjukkan bahwa pelatihan merupakan salah
satu taktik dalam pengembangan sumber daya manusia.Pandangan tersebut sejalan
dengan pendapat Jeffrey A. Mello yang menyatakan bahwa pengembangan sumber daya
menusia berkaitan dengan pembelajaran (learning)
atau pelatihan (training).
Pengembangan sumber daya manusia menyangkut pembelajaran atau learning yang akan membantu organisasi
dan kemudian sumber daya manusia dalam kariernya. Banyak organisasi menggunakan
terminology learningdaripada training untuk menekankan bahwa
aktivitas yang terikat didalamnya adalah sebagai bagian dari proses
pengembangan yang bersifat luas dan menyangkut labih banyak hal daripada sekadar mendapatkan
keterampilan manual atau teknis secara langsung (Jeffrey A. Mello, 2006:402)
Learning menyatakan secara
tidak langsung bahwa pengembangan yang sedang berjalan dan pengembangan
berkelanjutan menambah keterampilan dan pengetahuan sumber daya manusia untuk
menghadapi tantangan dari lingkungan eksternal yang dihadapi organisasi. Fokus
padalearning menekankan pada “hasil”
daripada “proses”, membuat pendekatan ini lebih cocok bagi eksekutif senior.
Namun semua pembelajaran sumber daya manusia yang tidak diperkuat oleh sistem reward organisasi, mempunyai peluang
kecil berdampak pada perilaku dan kinerja sumber daya manusia.
B. Pelatihan
Pelatihan ( training ) dan
pengembangan ( development ) adalah
merupakan investasi organisasi yang penting dalam sumber daya manusia.
Pelatihan, melibatkan segenap sumber daya manusia untuk mendapatkan pengetahuan
dan keterampilan pembelajaran sehinga
mereka segera akan dapat menggunakanya dalam pekerjaan. Pada dasarnya,
pelatihan diperlukan karena adanya kesenjangan antara keterampilan pekerja
sekarang dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk menempati posisi baru,
seperti digambarkan oleh Harvard Business
Essentials di bawah ini.
![]() |
Gambar 16.1: Filling Skill and Experience Gaps
Sumber :Havard Business Essentials,2006:104
Pelatihan dan
pengembangan sumber daya manusia semakin meningkat menjadi masalah strategis
utama karena berbagai alasan (Jeffrey A. Mello, 2006:402).
1.
Perubahan yang cepat dalam teknologi berlanjut
menyebabkab meningkatnya tingkat keausan keterampilan. Agar tetap kompetitif,
organisasi perlu melanjutkan pelatihan bagi sumber daya manusianya dalam
menggunakan teknologi terbaik dan mutakhir yang tersedia. Mengelola lingkungan
yang bergerak cepat atau turbulent seperti
ini menciptakan kebutuhan pembelajaran berkelanjutan bagi manajer.
2.
Desain ulang pekerjaan dalam pekerjaan yang
mempunyai tanggung jawab lebih luas memerlukan sumber daya manusia
memperkirakan lebih banyak tanggung jawab, melakukan inisiatif, dan
pengembangan lebih lanjut keterampilan interpersonal
untuk menjamin kinerja dan keberhasilan mereka. Sumber daya manusia perlu
mendapatkan keterampilan lebih luas dan diberikan bantuan dengan peluang
pengembangan melalui kerja sama kelompok, kolaborasi, dan manajemen konflik.
3.
Merger dan
akuisi telah meningkat dengan pesat.
Aktifitas ini mengintegrasikan sumber daya manusia dalam satu organisasi ke
dalam organisasi lainnya yang mempunyai budaya sangat berbeda. Ketika hasil financial dan kinerja dari aktifitas merger dan akuisi lebih rendah dari rencana, biasanya alasannya terletak pada sistem
sumber daya manusia daripada sistem manajemen operasional atau financial.
4.
Sumber daya manusia bergerak dari satu pemberi
kerja (employeer) ke pemberi kerja
lainnya dengan frekuensi lebih besar dari pada periode sebelumnya. Dengan loyalitas lebih rendah pada pemberi
kerja tertentu dan lebih pada karier sumber daya manusia sendiri, lebih banyak
waktu harus dikeluarkan dalam mengintegerasikan sumber daya manusia baru ke
dalam tempat pekerjaan.
5.
Globalisasi operasi bisnis memerlukan manajer
mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan perbedaan
bahasa dan budaya.
Tantangan strategis ini terdapat pada pelatihan yang dilakukan untuk
pekerja baru organisasi dan bagi pekerja memperkirakan tanggung jawab pekerjaan
baru.Dalam organisasi yang menekankan baik promosi dari dalam dan pengembangan
karier dari sumber daya manusia yang ada, peluang pelatihan dan pengembangan
berkelanjutan adalah penting sekali.Sumber daya manusia harus disesuaikan
dengan praktik terbaik industri dan teknologi yang berubah.Untuk pemberi kerja
yang mempekerjakan sejumlah besar tenaga terampil dari luar organisasi, pekerja
baru perlu memahami aturan, kebijakan, dan prosedur, serta disosialisasikan ke
dalam operasi perusahaan dan jaringan pekerja.
Pendekatan lain pada pelatihan pekerja baru adalah rotation atau rotasi. Program rotasi memberikan manfaat tambahan
pada pekerja baru, terutama mereka yang mempunyai pengalaman kerja professional
terbatas.Rotasi memberi kesempatan pekerja baru mencoba beberapa macam
pekerjaan dalam organisasi dan mempertimbangkan kecocokan optimal antara
kebutuhan dan minat mereka bagi organisasi.Program rotasi dapat mahal dalam
jangka pendek, tetapi merupakan investasi jangka panjang yang memberikan
manfaat bagi organisasi.Manfaat bagi pemberi kerja dalam program rotasi lebih
memungkinkan fleksibilitas dalam
penugasan kerja.Pekerja yang telah mendapatkan cross-training tidak hanya lebih memahami bagaimana pekerjaan individual memberikan konstribusi pada
keseluruhannya, tetapi dapat ditugaskan kembali apabila kondisi bisnis dan
organisasi berubah.Program rotasi juga memberi manfaat meminimalkan kemungkinan
bahwa pengetahuan tertentu hanya dipunyai oleh satu individu dalam organisasi
yang dapat menjadi gangguan bila orang tersebut berhenti, pensiun, atau
sebaliknya meninggalkan organisasi.Sebagai tambahan, program rotasi dapat
meningkatkan ingatan karena keragaman kepandaian yang mereka tawarkan
memungkinkan pekerja mengejar lebih banyak peluang dalam organisasi.
Organisasi yang mengharapkan tetap kompetitif dan harus mempertimbangkan
tipe pekerja yang harus mereka pekerjakan dan keterampilan pengetahuan pekerja
ini akan perlu memastikan kinerja optimal sepanjang waktu. Tetapi ironinya, budget dan program pelatihan biasanya
merupakan salah satu pengeluaran organisasi yang dipangkas pertama kali sebagai
tanggapan atas kemerosotan ekonomi.Banyak pengambil keputusan kunci
mempertimbangkan pelatihan sebagai pengeluaran kemewahan.
Aktivitas pelatihan dan pengembangan sama pentingnya baik bagi pekerja
maupun pemberi kerja. Terdapat dua kunci keberhasilan untuk mengembangkan
program pelatihan dalam organisasi yaitu :
1.
Perencanaan dan Strategi Pelatihan
Merencanakan dan mengatur strategi pelatihan
menyangkut empat langkah: needs assessment (penilaian kebutuhan), the estabilishment of objectives and
measurs (penciptaan sasaran dan ukuran), design and delivary of the training
(merancang dan menyelenggarakan pelatihan), dan evaluation (evaluasi).
Langkah-langkah tersebut




|
|
|
|
Gambar 16.2: Strategizing Training
Sumber : Jeffrey A. Mello, Strategic Human Resources Management, 2006:405.
a. Needs Assessment
Training needs
Assessment atau penilaian kebutuhan
pelatihan mempertimbangkan mengapa aktivitas secara khusus diperlukan dan
menempatkan pelatihan dalam konteks organisasi yang sesuai. Penilaian kebutuhan
dilakukan melalui tiga tingkat analisis, yaitu organisasional, tugas, dan individual.
Pada tingkat organisasional, pelatihan
dipertimbangkan dalam konteks budaya organisasi, politik, struktur, dan
strategi. Analisis ini mempertimbangkan bagaimana pelatihan akan membantu
organisasi atau unit kerja memenuhi sasarannya dan bagaimana pelatihan
mempengaruhi dinamika tempat pekerjaan dan diantar unit kerja sehari-hari. Juga
dipertimbangkan biaya pelatihan relative terhadap
manfaatnya yang diharapkan dan mempertimbangkan biaya apabila tidak jadi
melakukan pelatihan.
Penilaian pada tingkat tugas melihat tugas dan tanggung
jawab spesifik yang diberikan pada pekerjaan yang berbeda dan tipe ketrampilan
dan pengetahuan yang diperlukan untuk mengerjakan masing masing tugas.Tingkat
ini juga mempertimbangkan apakah pembelajaran dapat atau harus dilakukan di
tempat pekerjaan atau diluar tempat pekerjaan, implikasi dari kesalahan, dan
bagaimana pekerjaan dapat dirancang memberikan pekerja dengan umpan balik
langsung pada kinerja.
Penilaian pada tingkat individual mempertimbangkan orang yang harus dilatih. Untuk itu
diperlukan analisis tingkat pengetahuan dan ketrampilan yang ada serta factor
yang berhubungan dengan gaya pembelajaran, kepribadian, gaya interpersonal dalam berinteraksi dengan
orang lain, dan setiap kebutuhan individual
yang harus dimiliki pekerja, seperti kondisi fisik atau mental yang harus
dipertimbangkan dalam merancang dan menyelenggarakan pelatihan.
b. Objectives
Setelah penilaian kebutuhan pelatihan dilakukan,
sasaran untuk aktifitas pelatihan harus dikembangkan.Sasaran ini harus
mengikuti langsung dari penilaian kebutuhan dan dideskripsikan dengan terminology spesifik dan terukur.Ukuran
harus dinyatakan dalam bentuk perilaku pekerja yang diharapkan dan hasil yang
diharapkan dari perilaku tersebut.
Masalah yang umum pada tahap ini adalah bahwa sasaran
organisasi mungkin terlalu samar-samar sehingga keberhasilan dalam mencapainya
tidak dapat diukur secara akurat atau dievaluasi.Sebaliknya, organisasi mungkin
tidak mempunyai rencana untuk mengukur sasaran tersebut.
Program pelatihan yang tidak dapat dievaluasi memberikan
nilai kecil bagi organisasi dalam jangka panjang.Satu sumber informasi penting
dalam menetapkan sasaran adalah data yang terdapat pada sistem manajemen
kinerja organisasi.
c. Design and Delivery
Setelah sasaran dan ukuran ditetapkan, langkah selanjutnya
adalah merancang dan menyelenggarakan pelatihan itu sendiri.Ada dua hal penting
yang harus dipertimbangkan sebelumnya.
Pertama adalah interference
atau gangguan. Gangguan terjadi ketika pelatihan, pembelajaran atau kebiasaan
bertindak yang dibentuk sebagai hambatan proses pembelajaran. Apabila seseorang
telah mempunyai kebiasaan, maka akan sulit untuk memodifikasi kebiasaan
tersebut.
Kedua adalah masalah transfer. Transfer adalah
tentang apakah trainee atau learner dapat benar-benar menggunakan
ketrampilan baru atau pengetahuan baru di pekerjaan. Dengan kata lain, transfer
adalah sampai di mana trainee atau learner dapat mentransfer pembelajaran
pada pekerjaan sebenarnya.
Banyak program pelatihan yang dilakukan di luar
tempat pekerjaan atau off-the-job
training, dikritik karena kurangnya transfer karena kondisi dimana mereka
dilatih sangat berbeda dengan realitas pekerjaan. Tetapi ternyata adalah tidak
efisien menyelenggarakan pelatihan dan tidak mempunyai manfaat bagi kinerja
pekerja. Mereka yang bertanggung jawab atas pelatihan perlu memastikan bahwa
pelatihan akan memberikan transfer maksimum.
Penyelenggaraan pelatihan harus mengantisipasi setiap
gangguan yang mungkin terjadi, dan strategi harus direncanakan untuk
mengatasinya dan memastikan transfer.Gangguan tidak hanya disebabkan oleh
perilaku yang dikondisikan atau dipelajari.Sikap supervisor atau rekan kerja juga mungkin menghasilkan gangguan.
Pelatihan dan pengembangan tidak akan efektif kecuali dilakukan dalam
lingkungan organisasi yang mendukung. Mempunyai Chief Executive Officers atau eksekutif senior menghadiri sesi
pelatihan mengomunikasikan dukungan besar organisasi terhadap pelatihan.
Transfer dapat difasilitasi dengan menyelenggarakan
pelatihan dalam lingkungan yang mensimulasikan kondisi pekerjaan sebenarnya
sebanyak mungkin. Dalam beberapa hal, adalah layak untuk menyelenggarakan
pelatihan langsung di tempat pekerjaan di mana pekerja dilatih di bawah kondisi
kerja sebenarnya yang diharapkan akan dihadapi.
On the job
training mungkin membantu memaksimalkan transfer, tetapi tidak selalu
sesuai untuk semua pekerjaan. Off the job
training memberikan kesempatan pembelajar memfokus pada pembelajaran dengan
meminimumkan interupsi atau selingan
yang terjadi di tempat lingkungan pekerjaan.
Pelatihan juga dimungkinkan dengan caraonline.Banyak organisasi mempunyai
perpustakaan pelatihan yang telah dikemas dalam program komputer.Online computer–based instruction
mempunyai beberapa keuntungan.Orang yang berbeda dapat belajar dan menyerap
materi sesuai tingkat kenyamanan dan pemahamannya sendiri.Semua pekerja dapat
melakukan dengan komputer di workstation
atau di rumah.Mereka tidak terikat jadwal pelatih.
Tetapi sistem ini juga mengandung kelemahan.Pertama,
leaner harus dapat memotivasi dirinya sendiri dan melakukan inisiatif dengan
mengambil tanggung jawab untuk pembelajaran. Kedua, biaya menghasilkan online dan materi dengan orang lain dan
komunikasi dua arah mungkin bertentangan dengan kebutuhan pekerja.
d. Evaluation
Evaluasi harus menjadi bagian integral dari program
pelatihan menyeluruh. Organisasi perlu menerima umpan balik tentang pelatihan
dan memutuskan apakah pelatihan harus dilanjutkan dalam bentuknya seperti
sekarang, dimodifikasi, atau dihilangkan sama sekali.
Kriteria evaluasi harus dinilai sebelum
penyelenggaraan pelatihan menyediakan dasar perbandingan untuk penilaian
setelah pelatihan. Teknik evaluasi
Teknik evaluasi yang tidak
dikembangkan ketika sasaran ditetapkan biasanya akan memberikan sedikit nilai
bagi organisasi. Keputusan tentang bagaimana mengevaluasi pelatihan harus
dilakukan pada waktu bersamaan dengan ditetapkannya sasaran. Evaluasi dilakukan
pada empat tingkatan, yaitu: (Jeffrey A. Mello, 2006 :411).
1) Reaction (Reaksi)
Pada tingkat
ini, evaluasi ingin mengukur apakah peserta pelatihan menyukai program,
pelatih, dan fasilitas pelatihan. Apakah menurut mereka pelatihan berguna dan
perbaikan apa yang mereka usulkan.
2) Learning (Pembelajaran)
Pada tingkat
ini dilakukan evaluasi seberapa jauh peserta pelatihan mempunyai ketrampilan dan
pengetahuan lebih tinggi dari sebelumnya, setelah mengikuti program pelatihan.
3) Behavior (Perilaku)
Pada tingkat
ini mengevaluasi apakah pelatihan berprilaku berbeda di pekerjaan setelah
pelatihan.Apakah mereka menggunakan ketrampilan dan pengetahuan yang mereka
pelajari dari pelatihan.
4) Results (Hasil)
Pada tingkat
ini dilakukan evaluasi apakah organisasi atau unit kerja menjadi lebij baik
kinerjanya karena pelatihan.
2. Mengintegrasikan
Pelatihan dengan Manajemen Kinerja dan Kompensasi
Faktor kunci kedua dalam strategi program pelatihan
adalah memastikan bahwa hasil yang
diharapkan dari pelatihan menunjukan bahwa pekerja mampu menyelesaikan
pekerjaannya dan atas prestasinya tersebut selayaknya mendapatkan imbalan.
Apabila pekerja memperluas usaha untuk belajar
keterampilan dan pengetahuan barudan diharapkan melaksanakan pembelajaran dalam
pekerjaan, mereka perlu diberi insentif dan pengkuan atas kinerja apabila
dicapai.
Apabila pekerja diminta untuk belajar keterampilan
baru dan / atau menyerap pengetahuan baru dan kemudian menerapkan dalam
pekerjaan, maka berarti kinerja yang diukur harus mencerminkan perubahan
tersebut.Semakin penting keterampilan dan pengetahuan bagi strategi organisasi,
semakin besar penekanan pada penilaian sistem manajemen kinerja organisasi.
Demikian pula halnya, kompensasi harus mencerminkan
hasil pelatihan.Apabila pekerja belajar keterampilan dan pengetahuan baru dan
berhasil mengimplementasikan pembelajaran untuk meningkatkan kinerja
organisasi, mereka harus diberi kompensasi yang signifikan bagi mereka.

|
![]() |
Gambar 16.3: The Link
between Training and Performance Management and Cmpensation
Sumber: Jeffrey A. Mello, Trategi
Human Resource Management, 2006:412.
Dalam organisasi besar, unit kerja yang menangani masalah pelatihan
dipisahkan dan berdiri sendiri, terpisah dari fungsi sumber daya manusia
lainnya seperti pengukuran kinerja, kompensasi dan administrasi tunjangan.
Ken Lawson
(2005:208) memberikan beberapa catatan yang perlu dipertimbangkan dalam
penyelenggaraan pelatihan.
a.
Pertimbangkan bidang apa yang memerlukan perbaikan.
Indentifikasi bidang masalah di mana kinerja pekerja buruk, dan memikirkan
bagaimana bidang tersebut seharusnya paling baik diperbaiki. Banyak bidang
dapat diperbaiki melalui on-the-job
training atau pengalaman, tetapi di mana pengetahuan spesifik diperlukan,
kemudian baru dipertimbangkan pelatihan.
b.
Pastikan bahwa pekerja akan benar-benar belajar
sesuatu yang relevan. Pekerja harus
belajar keterampilan baru atau pengetahuan yang mempunyai dampak langsung pada
kemampuan melakukan pekerjaan. Pelatihan seharusnya tidak digunakan utnuk
sekedar menciptakan pekerja serba bisa.
c.
Tentukan bagaimana menempatkan keterampilan atau
pengetahuan baru untuk segera digunakan. Pastikan bahwa pekerja mempunyai tugas
yang harus dilakukan secara langsung menggunakan kemampuan baru tersebut. Hal
ini berarti bahwa kita harus memastikan waktu pelatihan tepat. Apabia pekerja
tidak segera memulai proyek yang memerlukan keterampilan baru, maka tidak perlu
dikirim untuk pelatihan.
d.
Mempertimbangkan apa keuntungan organisasi
mengirim pekerja untuk pelatihan. Akhirnya, tujuan organisasi adalah
memperbaiki bottom-line untuk
organisasi. Untuk itu perlu dipertimbangkan apakah hasil organisasi akan
meningkat sebagai hasil pelatihan.
C. Coaching
Pekerjaan seorang manajer adalah mendapatkan hasil dengan menafaatkan
orang lain dalam mengelola sumber daya. Manajer puncak berkepentingan dengan
peningkatan pengetahuan, keterampilannya, dan kinerja bwahannya.
Banyak perusahaan memiliki minat besar dalam mengembangkan melalui
pelatihan formal di tempat kerja dan penugasan kerja secara progresif. Mereka
juga mengaharapkan manajer dan
supervisor menembangkan kemampuan pekerjaannya melalui coaching.Coaching merupakan suatu proses interaktif yang proses
tersebut melalui manajer dan supervisor bermaksud menyelesaikan persoalan
kinerja atau mengembangkan kemampuan orangnya. Orang yang memeberikan bimbingan dinamakan coach, sedangkan bawahan yang menerima bimbingan dinamakan coachee.
Prosesnya terletak pada kolaborasi dan berdasar pada tiga komponen yaitu
bantuan teknis, dukungan pribadi, dan tantangan individu, yang diikat bersama
oleh emosi, antara manajer sebagai coach dan bawahan sebagai coachee. Karena
coaching merupakan pengalaman antar manusia, ikatan tersebut harus ada apabila
menginginkan coaching berhasil.
1. Pengertian
Coaching
Fungsi coaching
efektif lebih cenderung untuk mengambil bentuk rencana kerja ke depan dan
sasaran bagi pekerja dalam cara yang membuat mereka bergerak tetap menuju
bidang pengalaman baru, permintaan baru atas pengembangan keterampilan pribadi
dan aplikasi kecerdikan dan pemecahan masalah.
Coaching di
tempat kerja memperbaiki kinerja dalam dua cara yaitu sebagai berikut :
a.
Coaching
sehari-hari terjadi apabila timbul kebutuhan dan melandasi hubungan antara
manajer dan pekerja. Apabila pekerja membuat kesalahan, manajer membantu
pekerja memperbaikinya, dan coaching akan
mencegah kesalahan yang sama terjadi lagi. Sebaliknya apabila pekerja melakukan
pekerjaan sangat bagus, manajer menghargai pekerja. Ini juga merupakan bagian
proses coaching.
b.
Membantu pekerja menjalankan rencana perbaikan
kinerja yang dikembangkan sebagai bagian program review kinerja. Manajer harus secara periodic melihat bagaimana pekerja mengalami kemajuan dan membantu
dalam implementasi rencana.
2. Dasar-Dasar
Coaching
Menurut pendapat Kirkpatrick (2006:170) apabila
menyelenggarakan coaching, terdapat tujuh dasar atau prinsip yang perlu
diperhatikan, yaitu sebagai berikut .
a.
Stress
personal motivator (penekanan pada motivator pribadi)
Energi dan komitmen pekerja terhadap perbaikan kinerja didorong oleh
tujuan, kepentingan, dan keinginan individu.Coach
yang efektif mengajukan pertanyaan tentang ambisi, mimpi dan pengalaman.
b.
Use
visioning (Menggunakan wawasan ke depan)
Artinya adalah menyelaraskan gambaran pekerja tentang masa depan yang
diinginkan dengan citra sukses organisasi. Hal tersebut menunjukkan kepada
pekerja bgaimana masalah kinerja dalam skema yang lebih besar.
c.
Establish
goals (membangun tujuan)
Tujuan yang dimaksud adalah tujuan yang spesifik, terjangkau, relevan,
memberikan arah, jelas, dan kerangka kerja untuk mengukur kemajuan.
d.
Create
development plans (menciptakan rencana pengembangan)
Rencana pengembangan berorientasi tindakan memberikan peluang kolaborasi
untuk memaksimumkan kekuatan dan
berkembang dalam bidang yang memerlukan perbaikan. Organisasi yang melakukan
investasi dalam pengembangan pekerja adalah dengan menarik dan memelihara bakat
terbaik.
e.
Strive for
excellence (bekerja keras mencapai keunggulan)
Prinsip ini menekankan pada keunggulan dan memberikan standar untuk
mengukur progress dan prestasi kerja.
f.
Provide
necessary resources (menyediakan sumber daya yang diperlukan)
Informasi, alat, dan sumber daya diperlukan untuk mendukung keberhasilan
pekerja dalam mencapai prestasi atau tujuan pengembangan
Coach yang efektif mengenal
kemungkinan terhadap keberhasilan
pekerja dan ingin mengantisipasi dan menghilangkan hambatan potensial.
g.
Recognize
accomplishment (mengenal prestasi)
Apakah berlari secara marathon
atau memanjat tangga organisasi, individu tidak dapat mengharapkan melihat
hasil segera.Dapat menjadi pusing secara terus-menerus menyesuaikan fisik,
emosi, dan kekuatan intelektual dengan maksud menelusuri jarak.Pujian dan
pengakuan atas kemenangan kecil dapat mendorong self-esteem dan memberi pekerja percaya diri menjaga saluran dan
tanatangan kemampuannya.
3.
Manfaat Coaching
Pekerjaan seorang manajer sudah sangat banyak, meliputi antara lain
melakukan perencanaan, mengorganisasi orang, berkaitan dengan anggaran,
mengatasi masalah, menyelesaikan konflik, melakukan rapat, dan sebagainya. Akan
tetapi manajer masih harus menjadi coach bagi
bawahannya sehingga menambah beban pekerjaannya.
Namun, hal tersebut masih harus dilakukan karena kenyataan bahwa coaching
yang efektif akan membuat pekrjaan lebih mudah. Coaching di satu sisi diharapkan meningkatkan karier manajer. Hal
tersebut diusahakan dengan cara mengatasi masalah kinerja, membangun
keterampilan pekerja, meningkatkan produktivitas, menyiapkan bawahan yang dapat
di promosikan, memperbaiki ikatan, dan memperkuat budaya kerja positif.
a.
Mengatasi Masalah Kinerja
Bawahan sering tidak dapat menangani tugas yang
diberikan kepadanya.Sebagian bawahan lainnya tidak dapat membuat laporan dengan
baik, atau tidak dapat mengatur waktu, sedangkan sebagian bawahan lainnya tidak
pernah memberikan kontribusi dalam rapat mingguan.
Kekurangan bawahan tersebut menyebabkan pekerjaan
manajer menjadi semakin berat.Coaching
yang diberikan manajer kepada bawahan sering kali dapat mengatasi masalah
tersebut sehingga dapat memperbaiki kinerjanya.Apabila bawahan sudah mampu
menjalankan pekerjaan dengan baik, tugas manajer dapat didelegasikan.
b.
Membangun Keterampilan Pekerja
Coaching
merupakan alat untuk mengembangkan keterampilan baru diantara pekerja. Pekerja
dengan keterampilan lebih akan dapat melakukan pekerjaan rutin yang selama ini
menyita waktu manajer.
Kecakapan seorang manajer mendelegasikan sebagian
tugasnya tersebut member lebih banyak waktu kepada manajer untuk berpikir
tentang pengembangan organisasi, merncanakan kinerja organisasi, dan memotivasi
orang lainnya.
c.
Meningkatkan Produktivitas
Peningkatan pengetahuan dan efektifitas yang lebih
besar dapat diperoleh melalui coaching
dan orang akan bekerja dengan lebih cerdas. Orang yang bekerja dengan lebih
efektif, produktivitasnya akan meningkat. Sebagai dampaknya semua unit kerja
akan bekerja lebih baik dan lebih efektif sehingga produktivitasnya meningkat.
Keberhasilan seorang manajer meningkatkan produktivitas organisasi akan member
peluang pad kedudukan manajer dalam organisasi yang juga akan meningkat.
d.
Menyiapkan Bawahan Yang Dapat Dipromosi
Prospek karier seorang manajer ditentukan oleh seberapa
baik manajer mengembangkan sumber daya manusia yang berada di bawah
perintahnya.Seorang manajer dikenal karena berhasil mempersiapkan bawahan untuk
peran yang lebih penting dalam organisasi.
Manajer yang mempersiapkan bawahan untuk mengambil
peran lebih besar dalam organisasi akan mengangkat citra dirinya di dalam
organisasi. Kesiapan manajer dalam melakukan kaderisasi calon penggantinya
menunjukkan isyarat bahwa dirinya sudah siap untuk menerima promosi dan
tanggung jawab yang lebih besar di temapt lainnya.
e.
Memperbaiki Ikatan
Coaching dapat membantu mengurangi pergantian
pekerja, terutama terhadap orang yang ingin tetap dipertahankan dalam
organisasi. Orang akan lebih loyal dan termotivasi apabila atasannya
menyediakan waktu untuk memperbaiki keterampilan mereka.
Coaching sebagai
aktivitas sukarela dan kerja sama dapat membangun kepercayaan antara manajer
dan bawahannya. Kepercayaan pada gilirannya akan menghasilkan loyalitas bawahana kepada atasan.
f.
Memperkuat Budaya Kerja Positif
Coaching yang
baik akan menghasilkan kepuasan kerja lebih besar dan motivasi lebih tinggi
bagi bawahan. Mungkin juga memperbaiki hubungan kerja antara atasan dengan
bawahan sehingga membuat pekerjaan sebagai manajer sangat lebih mudah.Sebagian
pekerjaan manajer dapat dipercayakan kepada bawahan dan bawahan merasakan
mendapatkan tanggung jawab lebih besar. Kondisi kerja demikian inui akan dapat
meningkatkan budaya kerja positif sehingga akan meningkatkan pula kinerja
organisasi.
4. Identifikasi
Peluang Coaching
Sering kali terjadi bahwa manajer tidak menyadari
bahwa suatu proses pekerjaan memerlukan coaching
karena tidak mampu melihat adanya peluang untuk itu. Identifikasi utnuk melihat
peluang akan perlunya coaching dapat
dilakukan melalui penilaian kinerja dan melakukan penanganan masalah perilaku
bawahan lebih awal sebelum persoalannya
menjadi lebih berat.
a.
Menggunakan Penilaian Kinerja
Manajer yang sangat sibuk sering tidak menyukai
penilaian kinerja dengan alasan bahwa: (1) bawahannya tidak melakukan pekerjaan
dengan baik seperti seharusnya; (2) penilaian kinerja memerlukan banyak waktu
dan waktu bagi manajer merupakan asset langka.
Sebenarnya, penilaian kinerja sering merupakan
instrument terbaik untuk mengidentifikasi peluang coaching. Penilaian kinerja merupakan metode formal yang digunakan
banyak organisasi untuk mengukur seberapa baik orang melakukan tugas yang
ditentukan dengan penuh tanggung jawab.
Penilaian kinerja semacam ini dapat dilakukan setiap
tahun dan diikuti denga tindak lanjut yang diperlukan.Hal ini membantu pekerja
dan manajer memfokuskan pada tujuan dan kinerja yang diharapkan dengan
mempengaruhi gaji, kenaikan pembayaran, dan menghasilkan promosi bagi bawahan.
Apabila penilaian kinerja mengidentifikasi adanya
persoalan yang dapat dikoreksi, manajer dan bawahan harus menyetujui suatu
rencana untuk menyelesaikannya.Coaching
sering menjadi bagian dari rencana.Penilaian kinerja juga sering dipergunakan
untuk mengidentifikasi keterampilan, pengetahuan, dan/atau pengalaman yang
diperlukan pekerja sebagai persyaratan untuk memperoleh promosi.
b.
Turun Tangan Sejak Dini
Banyak situasi coachingakan
menyangkut masalah perilaku pribadi atau masalah kinerja yang ingin dihindari.
Seseorang tidak dapat atau tidak bersedia bekerja sama dengan orang lain,
sementara sesorang yang lain mendominasi tim sehingga orang lainnya, tidak
dapat memberikan kontribusi. Masalah lain adalah adanya orang yang secara
berulang terlambat masuk kerja.
Menghindari masalah seperti ini merupkan hal yang
lebih mudah dilakukan daripada terlibat di dalamnya. Apabila perilaku terletak
pada masalah kepribadian, seperti orang yang selalu mendominasi aktivitas
kelompok, beberapa manajer akan melepaskan gagasan untuk mengatasinya.
Masalah lain muncul seperti kelambanan, mungkin timbul
dari situasi gangguan keluarga. Sekali lagi sedikit sekali manajer mengatasi
kesulitan pribadi orang.Maka mengoreksi persoalan yang dapat menurunkan kinerja
merupakan bagian pekerjaan manajer, dan melakukannya selalu lebih mudah apabila
manajer bersedia melakukan intervensi lebih awal.
5.
Proses Coaching
Agar berlangsung dengan baik, pelaksanaan coaching harus dilakukan melalui suatu
proses. Coaching biasanya
diselesaikan melalui proses bertahap dalam empat langkah berikut ini.
a.
Observasi
Observaasi merupakan langkah melakukan pengamatan,
sebelum menentukan untuk melakukan coaching
atau tidak. Sebaiknya coaching tidak
dilakukan sampai kita memahami situasi, orang yang dihadapi, dan mengetahui
keterampilan apa yang sudah dimiliki bawahan sekarang ini.
b.
Diskusi
Diskusi didahului dengan melakukan persiapan tentang
tujuan diskusi, menentukan isu yang dipikir penting untuk dibahas dan
konsekuensi yang dapat timbul apabila tidak membicarakannya. Dalam diskusi
dirumuskan cara untuk mengatasi persoalan secara bersama.
c.
Coaching
Secara Aktif
Coaching secara
aktif merupakan tahapan menjalankan coaching
oleh manajer kepada bawahannya, sebagai hasil dari kesepakatan yang dapat
diperoleh dalam diskusi.Coach yang
efektif menawarkan gagasan dan nasehat dengan cara yang membuat bawahan
mendengarkan, merespon, dan menghargai.
d.
Tindak Lanjut
Tindak lanjut membantu individu tetap dalam jalur
untuk melakukan perbaikan.Apabila mereka keluar dari jalur, kita mendapat
kesempatan mengembalikannya ke dalam jalur. Tindak lanjut termasuk menanyakan
tentang apa yang berjalan baik dan apa yang tidak dalam pelaksanaan coaching.
6.
Mempersiapkan Coaching
Persiapan merupakan pendahuluan yang diperlukan untuk
menjalankan coaching.Persiapan
dimaksudkan untuk membantu manajer mengidentifikasi penyebab masalah kinerja,
mengukur kemampuan pekerja dalam menghadapi kinerja dan mengetahui tingkat
keterampilan pekerja di mana mereka perlu bantuan.
Efektifitas coaching
ditentukan oleh persiapan yang dilakukan.Coaching dapat saja dilakukan dengan serta merta setiap saat.Namun,
kebanyakan coaching dilakukan dalam
waktu dan tempat yang telah ditentukan sebelumnya secara terencana.
a.
Memulai dengan Observasi
Persiapan dimulai dengan melakukan observasi langsung,
dengan tujuan memahami situasi, pekerja, keterampilan dan perilaku
pekerja.Manfaat observasi adalah meningkatkan kemampuan manajer untuk
menawarkan nasihat yang relevan dan pada waktunya.
Manajer perlu mengobservasi perilaku pekerja secara
formal, sambil mengobservasi mempelajari apa yang tidak dilakukan oleh pekerja
dengan baik. Jika menghadapi masalah, dicari penyebabnya.Untuk itu, dalam
memulai coaching, hendaknya dihindari
menggunakan pertimbangan terlalu dini karena dapat membawa pada konklusi yang
keliru.
Observasi perlu dilakukan terhadap kemungkinan
terjadinya kesenjangan kinerja, yang merupakan perbedaan antara kinerja bawahan
saat ini dengan apa yang diperlukan oleh pekerjaan. Kekurangan keterampilan
juga merupakan kesenjangan, antara kemampuan bawahan saat ini dengan yang
diperlukan untuk menerima pekerjaan lain.
Kesenjangan kinerja dan kekurangan keterampilan dapat
dikoreksi melalui coaching. Namun untuk
mendapatkan hasil optimal, manajer perlu mengembangkan hipotesis dalam
menentukan cara untuk mengatasinya.
b.
Membangun dan Mengetes Hipotesis
Observasi akan mengarahkan manajer pada beberapa
hipotesis tentang persoalan kesenjangan kinerja dan menyetujui untujk
memperbaiki melalui coaching. Akan
tetapi, mungkin hipotesis seorang manajer tidak valid jika perspektifnya
terbatas.
Untuk menguji hipotesis seorang manajer dapat ditanyakan pada orang lain
tentang pendapat mereka terhadap hipotesis manajer. Mungkin mereka mempunyai
sudut pandang yang berbeda yang perlu dipertimbangkan.
c.
Mendengarkan dengan Cermat
Elemen lain dalam persiapan adalah listening, memerhatikan tanda bahwa
bantuan dan intervensi manajer diperlukan. Tanda tersebut tidak selalu langsung
tetapi mungkin disampaikan dengan cara tidak langsung.
Kadang-kadang bawahan tidak selalu tahu bantuan macam
apa yang diperlukan atau bagaiman memintanya. Dalam hal demikian manajer perlu
mengambil inisiatif untuk menanyakan kepada bawahan, kemudian mendengarkan
tanggapannya.
d.
Memperkirakan Kemungkinan Perbaikan
Apabila manajer telah mengenal bahwa bawahan mempunyai
masalah yang dapat didefinisikan, perlu dipertimbangkan apakah coaching akan dapat memperbaiki situasi.
Memberikan coaching kepada orang yang tidak dapat atau tidak ingin dibantu akan
memboroskan waktu saja. Bawahan harus termotivasi untuk belajar dan diperbaiki.
Coaching
tidak dapat memperbaiki perilaku atau kinerja dalam semua hal. Pekerja yang
menyangkal persoalannya atau menyalahkan orang lain tidak dapat ditolong,
sampai manajer dapat berhasil meyakinkannya atas kesalahannya.
e.
Kesiapan Pekerja
Dalam coaching,
baik manajer maupun bawahan harus menyiapkan diri.Penting untuk melibatkan
bawahan pada setiap tahapan coaching.
Salah satu cara terbaik untuk melakukan adalah dengan memberi kesempatan
bawahan menilai kinerja dirinya sendiri. Ini merupakan prosedur standar yang harus
diikuti dalam review kinerja tahunan.
Apabila tujuan coaching adalah
mempersiapkan seseorang untuk pekerjaan baru atau tanggung jawab yang lebih
tinggi, pekerja harus membandingkan dengan kompetensi yang diperlukan oleh
posisi baru tersebut.
7.
Menjadi Coach
yang Baik
Seorang manajer untuk dapat menjadi coach yang baik, harus dapat menghemat
waktu dan energi, dapat menciptakan iklim yang tepat, mampu menghindari
kesalahan umum, dan memahami tantangan dalam tim.
a.
Menghemat Waktu dan Energi
Melakukan coaching
mengambil sumber daya manajer yang paling berharga dan terbatas, yaitu waktu.
Semua manajer ditekan oleh kebutuhan waktu untuk menentukan anggarn melakukan
perencanaan, penerimaan dan pemecatan pekerja, melakukan pertemuan, dan kegiatan lain yang tidak terhitung.
Manajer yang cerdas pandai mengalokasikan waktunya yang terbatas dengan membuat
prioritas.
1) Tahu
Kapan Melakukan Coach
Manajer perlu mengenal situasi kapan harus mengunakan
waktunya dengan baik untuk melakukan coaching.Coaching hanya akan dilakukan apabila
terdapat prospek untuk memperbaiki kinerja dan keterampilan bawahnnya. Apabila
perospek tersebut tidak ada, akan memboroskan waktu saja.
2)
Mendelegasikan apabila mungkin
Manajer yang efektif belajar mendelegasikan tanggung
jawab dari banyak tugas yang harus dilakukan.Dengan demikian, memberikan waktu
yang diperlukan bagi manajer untuk mengerjakan masalah yang lebih
penting.Demikian pula bawahan yang menerima delegasi mendapat peluang menangani
lebih banyak tanggung jawab dan mengembangkan kemampuannya.
Delegasi memberikan manfaat dalam bentuk menghemat
waktu dan energi manajer, memberikan pengembangan pribadi bawahan, dan membantu
bawahan menjadi lebih mahir.
b.
Menciptakan Iklim yang Tepat
Untuk menjadi coach
yang baik dapat dilakukan dengan memberi perhatian pada iklim psikososial di
mana coaching berlasung. Hasil coaching pada
umumnya menjadi lebih baik apabila eksekuti, manajer, dan supervisor dapat
menciptakan iklim yang kondusif untuk pembelajaran.
1)
Saling Mempercayai
Iklim yang tepat dapat dibangun apabila terdapat sikap saling mempercayai
antara manajer dan bawahan. Dengan membangun kepercayaan, pengalaman coaching
akan menjadi lebih produktif.
Adapun beberapa sumber untuk
membangun iklim saling mempercayai yaitu sebagai berikut.
a)
Manajer harus mampu menunjukkan bahwa mempunyai
keompetensi dibidangnya sehingga bawahan menjadi yakin untuk mengikuti coaching.
b)
Manajer menunjukkan bahwa mempunyai kepedulian
terhadap kebaikan dan keberhasilan bawahan;
c)
Kepercayaan dibangun melalui demonstrasi secara
berulang oleh manajer;
d)
Manajer menjaga hal yang sifatnya perlu
dirahasiakan dan menghindari memasuki kehidupan pribadi bawahan.
2) Akuntabilitas
Orang yang tidak akuntabel terhadap hasil tidak akan menerima coaching secara serius. Sales person
yang tidak melihat adanya hubungan antara kinerja dengan upahnya, tidak akan
mengikuti sales coaching oleh atasan
secara serius. Mereka mungkin dengan sopan mendengarkan, tetapi perilakunya
tidak berubah.
Apabila mungkin akuntabilitas perlu
dinyatkan dalam ukuran kuantitatif akuntabilitas perlu dinyatakan dalam ukuran
kuantitatif misalnya jumlah kontrak penjualan yang dilakukan setiaphari atau
waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan aplikasi asuransi.
Akan tetapi perbaikan dalam beberapa tugas sering sulit dikuantitaifkan,
seperti kesiapan laporan teknis atau kualitas presentasi tenaga
penjualan.Manajer cerdas dapat melakukan pengukuran melalui ratimg kualitas
antara sebelum dan sesudah coaching.
c.
Motivasi untuk Belajar dan Memperbaiki
Memberikan keterampilan baru apabila waktunya kurang
tepat canderung mengalami kegagalan.Coaching
akan memperoleh hasil apabila pekerja mempunyai motivasi untuk belajar.
Tanpa motivasi coachingakan
berlangsung tidak efektif.
Beberapa motivasi yang mendorong orang untuk belajar
dan memperbaiki diri antara lain adalah sebagai berikut.
a)
Keahlian dalam keterampilan yang penting akan
membuka pintu kemjuan;
b)
Pekerja melihat bahwa perbaikan produktivitas
tercermin pada pembayaran upahnya.
c)
Orang mengetahui bahwa pekerjaannya dalam bahaya
sampai dapat mendekati kesenjangan kinerja yang penting.
d)
Teknan rekan sekerja mendorong setiap orang
melakukan kerja terbaiknya.
e)
Pekerja telah mencapai suatu titik di mana
mereka bersemangat mempelajari sesuatu yang baru atau pindah pada pekerjaan
yang lebih menantang.
Dalam situasi tersebut di atas, coachingakan berlangsung sangat efektif dan dihargai.
8.
Coach
Yang Efektif
Pekerjaan manajer sangat sama dengan pekerjaan coach atletik, banyak karakteristik coach atletik yang efektif juga sama
bagi manajer yang baik. Seperti halnya coach
atletik yang mempunyai berbagai tipe
pemain berbeda, manajer mempunyai pekerjaan dengan perbedaan dalam sikap,
pengetahuan dan keterampilan.
Dalam kedua situasi, tantangannya adalah membentuk
orang-orang ke dalam tim yang efektif untuk menyelesaikan tujuan organisasi dan
membantu pekerja menyelesaikan tujuannya sendiri dalam waktu bersamaan
(Kirkpatrik, 2006:92)
Kirkpatrik mengutip pernyataan Jhon Erickson bahwa
coach haruslah menjadi guru yang unggul dan orang dengan kualitas kepemimpinan.
Secara spesifik seorang coach memerlukan
karakteristik antara lain :
a.
Mempunyai pengetahuan kuat tentang apa yang
diajarkan
b.
Mempunyai keterampilan motivasi baik sebaik
komunikasi efektif;
c.
Memberuikan perhatian pribadi secara mendalam
untuk setiap anggota tim
d.
Mempunyai kemampuan membuat keputusan di bawah
tekanan dan hidup dengan keputusan ini;
e.
Memiliki keinginan mengakui kesalahan dan
membangun pengalaman;
f.
Memiliki kejujuran penuh pada semua situasi;
g.
Memiliki keinginan menjadi contoh bagi pemain
dalam semua bidang kehidupan; dan
h.
Mempunyai kemampuan menjaga semua hal dalam
perspektif, mengenal prioritas kehidupan Tuhan, Keluarga, orang lain, dan
pekerjaan.
9. Manajer
sebagai Coach
Manajer dalam industri, bisnis, dan pemerintah
merupakan orang yang mengawasi sejumlah pekerja.Dalam banyak hal, situasinya
hampir identik dengan coach
atletik.Manajer harus mendapatkan usaha dan kinerja terbaik dari setiap pekerja
dan secara tetap berusaha membantu pekerja memperbaiki kinerjanya, baik untuk
manfaatnya sendiri maupun untuk organisasi.
Dalam banyak situasi, manajer berkepentingan dengan
tim pekerja, seperti halnya dengan kinerja setiap pekerja individu. Pada saat
yang lain, manajer terutama berkepentingan dengan pekerja individual karena
banyak orang bekerja sendiri. Manajer tidak akan menyukai apabila kinerja
pekerja rendah. Untuk itu, manajer perlu memberikan coaching
pada pekerja. Namun, mungkin pada manajer mempunyai beberapa pekerja yang lebih
baik daripada lainnya sehingga menerima reward
lebih tinggi daripada lainnya.Kadang-kadang pekerja dapat menerima uang lebih
banyak daripada manajer.
Manajer berada dalam tekanan yang tetap untuk
menghasilkan orang dan sumber daya yang tersedia. Kadang-kadang kecelakaan,
kesakitan, dan masalah lain mengurangi sumber daya ini. Seperti coach, manajer berkepentingan dengan
kompetisi. Agar tetap berada dalam bisnis mereka harus menghadapi atau beat
kompetisi, dengan sumber daya apapun yang mereka miliki.
Manajer juga mempunyai kesempatan yang sama seperti coach untuk memberikan reward dan mereka juga menghadapi
keterbatasan yang sama. Kebanyakan manajer terbatas dalam berapa banyak uang
yang dapat mereka berikan, tetapi mereka mempunyai kesempatan memberi
penghargaan nonfinansial, seperti pujian, tambahan tanggung jawab, tambahan
kebebasan, dan penugasan secara khusus dan mendapatkan gagasan anggota tim.
10.
Menghindari Kesalahan Umum
Sangat sedikit manajer yang dapat berhasil menjadi coach yang baik karena banyak yang
memberikan bimbingan dan instruksi dengan pendekatan yang tidak sesuai denga
metode coaching.
Kurangnya pelatihan tentang teknik melakukan coaching
menyebabkan manajer melakukan coaching menyebabkan manajer melakukan kesalahan
umum seperti berikut ini :
a.
Berbicara Terlalu Banyak
Manajer terbiasa berbicara dan mengarahkan.Namun coaching merupakan aktivitas
bersama.Bawahan harus mendapat kesempatan untuk berbicara tentang pekerjaannya
di mana dia mempunyai masalah, bagaimana dia merasa tentang kemampuannya, dan
seterusnya. Seorang coach tidak
belajar sesuatu apabila ia mendominasi pembicaraan. Bawahan tidak mendapat
kesempatan memberikan umpan balik yang diperlukan sebagai bahan coaching.
b.
Gagal Memerhatikan
Membuat pekerja berbicara tidak memberikan manfaat
apabila manajer gagal memerhatikan dengan baik apa yang dikemukakan bawahan.
Banyak orang yang kelihatannya mendengarkan apa yang dikatakan manajer. Mereka
menjaga kontak mata dan menjaga mulutnya tertutup.
Akan tetapi, mereka tidak memproses apa yang didengar
dan dilihat karena sukar memahami emosi yang berada di belakang kata-kata orang
lain. Seorang manajer harus mampu menangkap apa yang tersirat di balik apa yang
tampak di permukaan.
c.
Kehilangan Kontrol Emosi
Satu-satunya emosi yang mendukung coaching adalah apabila manajer mendukung bawahan dan membuat
mereka lebih menerima untuk belajar dan memperbaiki.Seorang manajer harus mampu
mengontrol emosinya.
Seorang manajer yang sedang dalam kondisi tidak dapat
mengendalikan emosinya, sebaiknya mengerjakan pekerjaan lain yang bukan coaching karena apabila dipaksakan,
tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan.
d.
Mengarahkan Bawahan agar Tidak Resisten
Kesempatan dapat diberikan pada bawahan untuk
memberikan presentasi di depanpelanggan penting atau kelompok manajer senior.
Akan tetapi, jika orang tersebut kurang percaya diri dorongan seorang manajer
menjadi usaha sia-sia.Oleh karena itu, bawahan harus dipersiapkan secara
emosional, dengan meningkatkan percaya dirinya, sebelum didorong, dengan meningkatkan
percaya dirinya, sebelum didorong untuk menerima tugas penting.
Kurangnya rasa percaya diri menyebabkan bawahan resisten untuk menerima tugas
penting.Oleh Karena itu, resistensi
yang tumbuh dari bawah harus dapat dihindarkan.
11.
Tantangan Dalam Coaching Team
Berkembangnya organisasi berbasis tim menyebabkan
semakin banyaknya tugas yang harus dilakukan melalui tim, yang dapat bersifat
tetap atau tidak tetap. Hubungan antara atasan-bawahan secara tradisional
terhenti dalam suatu tim. Tim mempunyai pemimpin, tetapi team leader bukanlah atasan.Team
leader tidak mempunyai kekuasaan terhadap orang lain, tetapi team leader tetap mempunyai tanggung
jawab coaching.
Coaching
yang baik membantu tim dengan cara: (a) meningkatkan tingkat usaha yang
dilakukan individu dalam pekerjaan; (b) menjamin bahwa pekerjaan dilakukan
dengan tepat; dan (c) membantu anggota tim menggunakan bakat terbaiknya.
Team leader yang baik dapat menemukan peluang coaching dalam kegiatan bisnis setiap
hari.Coaching dapat membantu anggota
dengan kegiatan rutin seperti: membuat presentasi lebih baik, menjadwal
pekerjaan, menentukan anggaran, dan bahkan secara efektif dalam lingkungan tim.
12.
Latihan Membuat Sempurna
Apabila mempunyai waktu dan kesempatan, perlu
mempraktikan ketrampilan coaching. Tidak
ada pengganti untuk praktik.Tidak setiap coaching
harus direncanakan. Ketika terlihat terdapat peluang untuk membantu atau
mendemonstrasikan cara yang lebih baik untuk melakukan sesuatu, perlu dilakukan
dengan segera. Coaching secara tepat
di tempat kerja sering memberikan hasil paling efektif.
13.
Coaching
Bagi Eksekutif
Perusahaan melakukan investasi dalam bentuk
menyediakan coaching bagi eksekutif,
baik karena terdapat gangguan pada perilaku eksekutif atau meningkatkan
pengembangan pribadi eksekutif.
a. Eksekutif
perlu Coaching
Terdapat sejumlah situasi dimana coaching
kepada eksekutif masuk akal, tetapi terdapat alasan mengapa perusahaan menyewa
coaches untuk CEO dan eksekutif senior, yaitu karena perilakunya campur aduk
dengan tanggung jawabnya, atau eksekutif perlu meningkatkan pengembangan
profesionalnya melalui pertumbuhan pribadi.
1)
Mengubah gangguan perilaku
Sejumlah eksekutif mempunyai kebiasaan yang dapat
menurunkan efektifitasnya dan kinerja orang yang berada di sekitarnya.
Kebiasaan buruk tersebut antara lain berupa: (a) kegagalan menciptakan hubungan
yang produktif dengan rekan sekerja dan bawahan; (b) ketidakinginan
mendelegasikan tanggung jawab dan kekuasaan mengambil keputusan kepada bawahan
langsungnya; (c) menempatkan kepentingan unit kerjanya di atas kepentingan
seluruh organisasinya; (d) menolak kerja sama dengan saingan potensial untuk
promosi berikutnya; (e) mempunyai gaya kepemimpinan yang tidak efektif dan
tidak tepat; dan (f) ketidakmampuan mengikuti proses dalam berhubungan dengan
rekan sekerja dan eksekutif.
Sebenarnya hal tersebut tidak berbeda secara
fundamental dengan pengamatan perilaku buruk pada tingkat manajer bawah dan
menengah bawah.Akan tetapi, perilaku buruk pada tingkat eksekutif dapat lebih
merugikan pada organisasi.
Untuk meningkatkan kinerja eksekutif, dapat
mendatangkan coach professional.Namun,
membayar coach bagi eksekutif memang
mahal, tetapi apabila dapat memperbaiki kinerja, tidak rugi mengeluarkan
uang.Namun, yang diperlukan adalah menemukan coach yang berpengalaman dan memenuhi kualifikasi.
2)
Meningkatkan pertumbuhan pribadi
Mengubah perilaku buruk bukan satu-satunya alasan
utnuk melakukan coaching pada
eksekutif.Dapat pula dipergunakan untuk meningkatkan pengembangan
pribadi.Beberapa orang mencapai tingkat eksekutif dengan semua pengetahuan,
keterampilan organisasional, dan kecerdasan interpersonal yang diperlukan untuk
melakukan pekerjaan luar biasa.Namun, tidak semua eksekutif mampu melakukannya.
Kebanyakan orang berbakat dan ambisius memperoleh
kemampuan tersebut melalui pengalaman dan pembelajaran.Akan tetapi, mereka
masih dapat membuat kesalahan dan kesalahan pada tingkat eksekutif sangat
mahal.Oleh karena itu, perusahaan bekepentingan memperpendek masa pembelajaran
dengan mengundang coach professional.
Dengan cara demikian, diharapkan dapat memperpendek waktu mengem- bangkan
perilaku positif para eksekutif.
b.
Pendekatan Coaching
Bagi Eksekutif
Coaching
pada eksekutif pada umumnya mempunyai pilihan dua pendekatan.Pendekatan
tradisional diagnosis dan pengembangan yang berakar pada psikologi. Pendekatan
lain adalah prespective, merupakan
metode coaching yang biasa
dipergunakan manajer pada bawahannya bersifat lebih cepat dan langsung.
1)
Diagnosis dan Pengembangan
Pendekatan ini bersangkutan dengan konsultan dari luar organisasi yang
sudah dikenal oleh eksekutif organisasi.Pendekatan ini mempuanyai empat
komponen dasar.
a)
Diagnosis
Konsultan berusaha mendiagnosis persoalan manajer dan
dimensinya. Hal ini dilakukan dengan observasi langsung tetapi dapat pula
melalui cara tidak langsung seperti
pengukuran kepribadian. Dalam kasus lain menggunakan 360-degree feedback, yang mengumpulkan informasi tentang perilaku
manajer dan kinerja dari orang yang berinteraksi dengan mereka.
b) Self-awareness
Apabila penelusuran telah dilakukan, coach menemui klien eksekutif untuk
berbagi tentang apa yang telah dipelajari, baik maupun buruk. Eksekutif
dihadapkan pada kekuatan maupun kelemahannya.
c) Development plan
Apabila eksekutif telah menguasai kekuatan
dan kelemahan yang telah ditunjukkan, langkah selanjutnya adalah menyiapkan
rencana.Eksekutif diminta memainkan peran aktif dalam menyiapkan rencana dan
harus hidup di dalamnya.
d) Plan implementation
Coach
dan eksekutif bekerja bersama pada tahap akhir. Coach mengamati dari dekat bagaimana kliennya berhubungan dengan
bawahan, rekan kerja, dan pelanggan. Setelah itu mereka mendiskusikan kemajuan
dan masalahnya.
2) Prespective
Coach yang mengikuti pendekatan ini
tidak mempergunakan banyak waktu dan mahal pada diagnosis. Mereka membayangi
klien dan menunjukkan cara baru untuk bertindak, begitu mengamati eksekutif
dalam bertindak.
Kritik terhadap metode ini adalah
karena mengabaikan kemungkinan bahwa persoalan psikologi merupakan sumber dari
perilaku buruk. Pendekatan manapun yang diambil, akan berbagi elemen penting
dengan coaching sehari-hari yang
terjadi antara manajer dan bawahannya.
Orang harus berkeinginan memperbaiki
dan melakukan usaha untuk memperbaiki.Sebagai konsekuensi, eksekutif yang
membayar pengeluaran untuk coach eksekutif
harus berhati-hati memilih eksekutif yang diberikan kesempatan ini.
14.
Kualifikasi Coach
Bagi Eksekutif
Bagi eksekutif, seorang coach, apapun latar belakang pendidikan
dan pengalamannya, yang diharapkan mempunyai kualitas tertentu sehingga
dinilainya layak untuk `didengar pendapatnya. Kualifikasi yang diharapkan
antara lain meliputi sebagai berikut.
a.
Mempunyai pengalaman bisnis pada tingkat tinggi
Eksekutif biasanya lebih suka bekerja sama dengan orang
yang dipandang sebagai rekan kerja.
b.
Unggul dalam keterampilan interpersonal
Maksudnya adalah mencari seseorang yang dapat bekerja
dengan ego besar dan tidak takut menyampaikan masalah pribadi.
c.
Kecerdesan organisasional
Coach harus
ahli untuk bekerja dalam situasi dan cepat belajar bagaimana orang dan rekannya
bekerja bersama
d.
Integrasi pribadi
Eksekutif harus mendapat jaminan bahwa masalah rahasia
tetap dirahasiakan. Akan tetapi, harus diingat bahwa coach eksekutif bertanggung jawab pada siapapun yang membayarnya
sehingga manajer harus sadar bahwa coach akan
melaporkan kemajuannya kepada eksekutif.
e.
Keterusterangan
Menjadi coach yang
baik berarti menghadapi eksekutif dengan kejujuran apabila observasi dilakukan
secara objektif. Coachharus
mendapatkan baik empati dan menyampaikan kejujuran, tidak perduli bagaimanapun
apabila mungkin mengganggu bagi coachee.
15. Menciptakan
Budaya Coaching
Seorang manajer dalam suatu
organisasi dapat menjalankan coaching
sebagai bagian dari proses manajemen. Dengan menjadikan coaching sebagai gaya manajemennya, dapat diperoleh manfaat dalam
bentuk berikut.
a.
Orang akan mulai menemukan jawabannya sendiri.
b.
Orang akan menjadi lebih berharga.
c.
Orang akan mulai mengitegrasikan pendekatan coaching ke dalam perilakunya.
d.
Manajer akan mempunyai lebih banyak waktu dan
ruang untuk bagian pekerjaan yang strategis.
e.
Manajer akan dapat bekerja lebih efektif dengan
kolega dan lainnya.
Untuk menciptakan budaya coaching diperlukan pedoman antara lain
(Kirkpatrick,2006:125): (a) menetapkan strategi yang jelas ditujukan untuk mencapai
budaya coaching; (b) mengusahakan
dasar untuk coaching sebgai proses
pengembangan yang penting; (c) memilih pemimpin dengan potensi tertinggi untuk
mengembangkan kemampuan coaching; (d)
adopsi suatu pendekatan bagi pembelajaran; dan (e) mengintegrasikan
pengembangan pribadi ke dalam kurikulum pelatihan coach.
Dari uraian tersebut di atas
terlilhat bahwa coaching adalah lebih
dari sekadar serangkaian keterampilan, tetapi merupakan pendekatan yang kaya
dan holistic utnuk melepaskan potensi pada orang dan organisasi. Manajer dengan
gaya manajemen yang sangat berbeda seperti penetapan langkah dan direktif,
dapat belajar mengintegrasikan coaching
ke dalam gaya manajemen mereka apabila mereka diberi gabungan dukungan coaching dan pengembangan pribadi yang
tepat.
Penciptaan budaya coaching tidak terjadi dalam semalam,
kenyataannya memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menyelesaikan. Langkah
pertama dalam coaching adalah memilih pemimpin yang sangat terpandang dan
berpengaruh berpartisipasi dalam proses pengembangan coaching. Hal ini member tanda yang kuat kepada yang lain tentang
pentingnya coaching dalam organisasi.
Coaching
perlu didukung dalam organisasi dengan mengitegrasikan coaching ke dalam
campuran kompetensi kepemimpinan dan dengan membuat coaching merupakan bagian
dari proses seleksi, pengembangan dan mempromosikan pemimpin. Coaching mengalir dalam organisasi
ketika terdapat isi yang benar : maksud strategi coaching dikomunikasikan, pemimpin merangkul coaching sebgai kompetensi yang diperlukan, dan pelatihan dan
pengembangan disediakan bagi orang. Hal ini akan menjadi inisiatif strategis
ketika sekelompok pemimpin yang kritis berpartisipasi dalam proses pengembangan
coaching.
Penciptaan budaya coaching adalah investasi dan seperti
investasi lainnya, harus dibuat
pertimbangan matang tentang bagaimana merealisasi return terbesar bagi
organisasi. Hasilnya dapat dipertimbangkan karena pemimpin diubah melalui
pengalaman coaching dan di- coach.Mereka mengubah organisasi di
mana mereka bekerja.
Namun demikian menurut Mahler,
manajer umumnya tidak melakukan coaching
secara efektif.Kira-kira 30% dari pekerja yang disurvai tidak memahami tanggung
jawab dan tujuannya. Dan hampir 50% tidak tahu apa yang dipikirkan manajer
tentang kinerja mereka. Kurang dari 70% manajer mencapai hasil coaching yang baik
((Kirkpatrick,2006:103).
Pembahasan tersebut di atas
menunjukkan bahwa coaching sangat
penting dilakukan para pemimpin untuk meningkatkan kemampuan dan kinerja
bawahan. Namun, hal tersebut hanya dapat terjadi apabila dapat berlangsung interaksi yang baik antara atasan dengan
bawahan sehingga coaching menjadi
bagian dari budaya organisasi.
Sayangnya banyak pemimpin yang
kurang menyadari arti pentingnya coaching,
sedangkan bawahan kurang siap untuk menerima karena dirasakan sebagai tambahan
beban pekerjaan.
D. Mentoring
Mentoring merupakan proses di mana seorang pekerja yang
lain berpengalaman memberikan saran, nasihat, bimbingan, dan sebaliknya
meningkatkan pengembangan professional pekerja baru. Seorang mentor mrupakan
pekerja yang lebih berpengalaman yang membimbing pekerja yang lebih baru dalam
belajar tentang pekerjaan dan organisasi. Pekerja yang kurang berpengalaman
yang menerima bantuan dari mentor dinamakan protégé
(Greenbreg dan Baron, 2003:245).
Seorang mentor adalah penasihat yang bijak dan dapat
dipercaya, seseorang yang membantu orang lainnya mempelajari sesuatu yang
kurang dipelajari dengan baik sebelumnya, lebih lambat atau tidak sama sekali
apabila dibiarkan sendiri (Bell, 2004: 76). Seorang mentor adalah orang yang
membantu orang lain melakukan pertumbuhan pribadi melalui pembelajaran.
Sementara itu mentoring adalah
menawarkan nasihat, informasi, atau bimbingan oleh orang dengan pengalaman yang
bermanfaat, keterampilan, atau keahlian untuk pengembangan pribadi dan
professional individu lain.
1. Proses
Mentoring
Kebanyakan hubungan antara mentor dengan anak didiknya terjadi
dalam empat tahapan berikut (Greeberg dan Baron, 2003:245).
a.
Initation berlangsung
selama 6 – 12 bulan dan merupakan periode di mana hubungan di mulai dan
mengambil kepentingan kedua pihak.
b.
Cultivationberlangsung selama 2 – 5 tahun. Dalam periode tersebut
ikatan antara mentor dan anak didik semakin mendalam, dan orang yang lebih muda
dapat membuat karier dengan langkah cepat karena bantuan keterampilan yang
diterimanya.
c.
Separation,
mulai ketika anak didik merasa sudah waktunya memastikan kebebasan dan
melangkah keluar atas kemauan sendiri, atau ketika terdapat perubahan yang
dating dari luar dalam peranannya (misalnya anak didik dipromosikan atau mentor dipindahkan). Separation juga dapat terjadi apabila mentor merasa tidak dapat memberikan
bantuan dan bimbingan lebih lanjut kepada anak didik (misalnya apabila mentor menderita sakit). Dapat
dibayangkan bahwa fase ini dapat menegangkan apabila mentor membiarkan anak
didik tumbuh dengan bebas atau apabila anak didik merasa bahwa mentor menarik
dukungannya secara premature.
d.
Redefinition
terjadi dalam hal separation berhasil. Kedua pihak merasa bahwa ikatannya
sebagai persahabatan. Mereka saling memperlakukan dengan sama dan peran mentor
dan anak didik menjadi sepenuhnya hilang.
2. Fungsi
Mentoring
Mentoring bermaksud mendorong
pengembangan individu melalui fungsi psikososial.Fungsikarier dari mentoring
berkenaan dengan aktivitas di tempat kerja, bermaksud meningkatkan kemampuan
dan berada di dalam organisasi. Fungsi karier meliputi : (1) sponsorship, di mana mentor memberikan kesediaan dirinya
untuk mendukung bawahannya; (2) coaching
dimana mentor mengajar dan memberikan
umpan balik kepada bwahannya; (3) protection dimana mentor mendukung dan / atau
bertindak sebagai pelindung anak didik atau bawahannya (4) challenge di mana mentor mendorong cara berpikir dan
bertindak baru dan mendorong anak didik untuk memperluas kemampuannya; dan (5) exposure dan viability, di mana mentor mengarahkan
anak didik pada penugasan yang membuatnya dikenal mnajemen puncak.
Sebaliknya fungsi psikososial menuju
pada kesiapan diri orang untuk menerima mentor,
tentang bagaimana berperilaku, nilai-nilai di tempat kerja, di lema pribadi dan
perasaan diterima oleh kelompok. Fungsi psikososial mentoringmeliputi : (1) role
modeling di mana mentor menunjukkan model peran dalam bentuk bermacam
perilaku, sikap dan nilai-nilai yang menuju kesuksesan dalam organisasi; (2) counseling dimana mentor membantu anak didik berhubungan dengan dilemma professional
yang sulit; (3) acceptance dan confirmation, di mana mentor mendukung anak didik dan
menunjukkan penghargaan; dan (4) friendship
di mana mentor menunjukkan perhatian pribadi yang berada di luar kepentingan
bisnis.
3. Manfaat
Mentoring
Mentoring
dilakukan oleh orang yang sudah lebih berpengalaman sebagai individu, namun
secara tidak langsung memberikan manfaat bagi organisasi. Manfaat mentoring bagi oragnisasi antara lain
adalah : (1) mengembangkan aset manusia dalam organisasi; (2) Membantu
mentrasfer pengetahuan penting secara diam-diam
dari sekelompok pekerja yang satu kepada lainnya; (3) membantu dalam
menjaga pekerja yang dihargai.
Sementara itu sebagai biaya mentoring dapat diukur dari pengorbanan
waktu yang diberikan dan komitmen dari mentor
untuk memberikan pengalaman dan keterampilannya kepada orang lain.
4. Siapa
Harus Mempunyai Mentor
Sebagian orang yang bergerak dalam
bidang sumber daya manusia percaya bahwa setiap orang pada semua tingkatan
memerlukan mentor, tetapi ini
merupakan pandangan minoritas. Namun jelas bahwa tidak semua orang mendapatkan
kesempatan memperoleh manfaat dari mentoring
bahkan sebagian lainnya tidak tertarik dlam masalah mentoring.
Pekerja yang memperolah manfaat dari
mentoring, termasuk individu yang
meningkat pada jenjang yang lebih tinggi atau berpindah ke unit kerja baru atau
baru saja bergabung dalam perusahaan.Mereka merupakan orang yang tidak biasa
dengan bidang baru, yang berarti mungkin mereka tidak mengerti aturan tidak
tertulis di dalam organisasi.Misalkan mereka mempunyai tingkat kepedulian diri
dan keinginan belajar.Orang ini merupakan calon baik untuk mentoring.
Biasanya seorang dikatakan siap
untuk menjadi mentor apabila : (1)
lebih berorientasi pada karier daripada orientasi pada pekerjaan; (2) mempunyai
tingkat kepedulian yang tepat dengan apa yang harus dipelajari; (3) bersemangat
untuk belajar; dan (4) mempunyai sifat ambisius.
5.
Menjadi Mentor
Efektif
Sedikit sekali ditemukan orang yang
dilahirkan sebagai mentor. Pengembangan
pribadinya membuat rasa nyaman dan efektif dalam memberikan nasihat orang lain.
Kita dapat menemukan para senior yang mempunyai kemampuan khusus. Bagi beberapa
orang lainnya, memerlukan beberapa praktik dan model peran dalam cara
menjalankan mentoring yang efektif.
Mentoring
mempunyai banyak manfaat potensial, yaitu pengembangan manusia, penyimpanan
ingatan yang lebih besar dan mentrasfer pengetahuan dengan diam-diam.
Karakteristik mentor yang efektif adalah sebagai berikut :
a.
Mereka menetapkan standar yang tinggi.
b.
Mereka menyediakan diri bagi anak didik,
bersedia menyediakan waktu dan usaha untuk melakukan mentoring dengan baik.
c.
Mereka menyusun pengembangan pengalaman bagi
orang yang diberi nasihat dengan mengarahkan anak didik dalam proyek penting
tim dan pekerjaan menantang.
d.
Mentor
merupakan warga organisasi yang sukses dan dihargai.
e.
Mentor menunjukkan
dengan baik pengembangan keterangan orang dengan menjadi pendengar yang baik
tahuy menunjukkan empati pada orang lain
dan mempunayai kepribadian yang membuatnasihat dan pengasuhan memuaskan.
f.
Mentor memahami
bagaimana anak didik belajar dengan cara terbaik seperti malalui diskusi
pengalaman langsung dan metode lain.
g.
Mentor
mempunyai akses pada informasi dan orang yang dapat membantu karier orang lain.
h.
Mentor
berterus terang dalam malakukan perjanjian.
i.
Mentor mempunyai
hubungan baik dengan anak didik.
j.
Mentor sangat
kuat terikat pada organisasi karena sangat puas dan nyaman dengan kedudukannya,
dan tidak mungkin terpengaruh pada pesaing.
Kita dapat mengidentifikasi ,
manajer dan eksekuktif dengan kebutuhan menanamkan nasihat dan mentor dan
mengenalnya melalui perilakunya di tempat kerja dan di masyarakat. Di tempat
kerja mereka mempunyai reputasi dalam membantu orang yang kurang senior untuk
mengembangkan horizondn kariernya. Di
luar tempat kerja mereka terlibat dalam pelayan masyarakat program buta huruf
dan semacamnya.
6.
Mentoring
dengan Baik
Meskipun beberapa konsultan dan
pelatih internal membantu eksekutif bisnis mengembangkan keterampilan mentoring
hanya sedikit orang akan mengikutipelatihan mentoring
selama kariernya.
Akan tetapi walaupun mereka hanya
mengerjakan sedikit hal, apabila dilakukan dengan baik hubungan mentoringnya
akan berjalan lebih cepat.
a.
Melakukan Apa yang Dikatakan
Anak didik melihat mentor sebagai
model peran perilaku sukses. Mereka belajar banyak dari mentor dengan melakukan
observasi dan bukan dari apa yang dikatakan mentor pada mereka. Oleh karena itu
apa yang dilakukan memberikan kesan lebih besar dari pada apa yang dikatakan.
b.
Memberikan Nasihat dan Umpan Balik
Pengembangan karier seperti praktik
bisnis tidak mempunyai tujuan lain, selain memproduksi hasil yang baik. Sebagai
konsekuensinya nasihat dan umpan balik harus menunjukkan sesuatu sesuai
kemampuan anak didik. Semua yang bersifat teoritis dan di luar kontrol orang
lain akan memboroskan waktu.
Pekerjaan mentor adalah membantu orang lain untuk dapat membantu dirinya sendiri.
Anak didik akan tidak ingin belajar membantu dirinya sendiri apabila kita datang
dengan cara menolong secara langsung jika mereka menghadapi masalah. Anak didik
akan lebih suka apabila mendapatkan kesempatan menyelesaikan sendiri
persoalannya.
c.
Menolak
Godaan Menghadapi Persoalan Anak Didik
Apabila anak didik berjalan keluar
jalur mentor mempunayi kewajiban menunjukkan fakta pada perhatiannya tidak
dengan cara direktif, tetapi dengan cara observasional.Seperti
pada coaching, selalu memisahkan perilaku buruk atau tidak cocok dari pribadi
anak didik.
Dengan melakukan cara demikian akan
mencegah orang merasa diserang secara pribadi sehingga akan membuat diskusi
lebih mudah dan lebih objektif.
d.
Mengkritik Perilaku, Bukan Orangnya
Anak didik bertanggung jawab atas
suksesnya sendiri.Mentor sekadar
memberikan dukungan dan nasihat.Anak didik selalu memahami arti pentingnya
perencanaan.
Maka anak didik harus ditantang
untuk merencanakan kebangkitannya dari posisi sekarang pada posisi di mana dia
memberikan kotribusi yang lebih besar pada organisasi.
e.
Menciptakan Dasar Dukungan
Karier yang kuat harus dibangun di
atas landasan yang kuat, dari pengetahuan, ambisi, dan dukungan orang lain.
Sebagai mentor sebagai orang lain
tetapi dukungan mentor saja tidak cukup. Anak didik perlu dukungan dari banyak
orang.
Sebagian pekerjaan mentor sebagai pembimbing yang bijak dan
bermakna adalah membangun dasar yang luas mendukung anak didik dalam organisasi
bersama stakeholder eksternal,
rekanan utama, pelanggan dan mitra strategis.
f.
Melepaskan Ketergantungan Anak Didik
Mentor
terbaik adalah orang yang mampu menempatkan dirinya di luar bisnis mentoring
dengan cara menolak membebani dirinya sendiri. Tidak ada yang paling memuaskan
guru yang baik selain dapat mengatakan bahwa murid telah dapat mengajari
dirinya sendiri.
Mentor harus melepaskan
ketergantungan anak didik dengan cara : (a) meminta dengan tegas anak didik
untuk menerima tanggung jawab untuk mengembangkan dan mengikuti rencana
pembelajarannya sendiri; (b) tidak member jawaban tetapi mengajukan pertanyaan;
dan (c) tidak mengatasi persoalan anak didik, tetapi mangajaknya untuk
mendiskusikan dan menggunakan dialog untuk membantu anak didik menemukan
solusinya sendiri.
g.
Berangkat Dari Awal Yang Baik
Menjadi mentor yang baik harus
dimulai denga permulaan yang baik dengan masing-masing anak didik. Awal yang
baik didefinisikan sebagai pembicaraan terbuka di mana mentor dan anak didik
saling mengetahui, menciptakan hubungan memahami harapan satu sama lain dan
mengidentifikasi serangkaian tujuan yang saling disepakati.
Kesepakatan tentang tujuan dan
tanggung jawab merupakan hal yang sangat penting. Apabila hal tersebut tidak
dirumuskan atau kedua pihak akan melihat dengan cara yang berbeda, hubungan
mentoring akan semakin jauh dari harapan.
h.
Tahu Kapan Menyampaikan Selamat Jalan
Mentor yang baik tidak mengatasi
persoalan anak didik atau membuatnya menjadi tergantung. Akan tetapi mentor
bersifat memfasilitasi pembelajaran anak didik pada suatu tingkatan yang
membantu mambawa pelajaran yang lain.
Mentor harus tetap dapat menjadi
penasihat terpercaya, dan bersedia melayani ketika anak didik terdahulu
mempunyai pendapat sendiri yang berbeda.Namun jasanya sebagai penasihat dan
bimbingannya pada saatnya harus diakhiri.
7.
Anak Didik Yang Baik
Para professional muda suka
melakukan pengamatan beberapa gaya perilaku diantara orang senior yang sukses.
Beberapa orang bersikap agresif, sedangkan yang lainnya bersahabat, dan masih
ada lainnya yang sangat direktif. Masing-masing gaya perilaku mencerminkan
alternatif yang berguna.
Pada tahap eksperimentasi, orang berusaha membedakan gaya. Seorang manajer
muda yang pendiam mungkin menjadi agresif dalam situasi tertentu dan sangat
bekerja sama pada situasi lainnya. Langkah selanjutnya adalah mengevaluasi
hasil, memberi professional muda wawasan tentang apa yang dapat berjalan dan
tidak berjalan. Dalam banyak hal sukses diperoleh dengan mengadopsi kemungkinan
identitas yang sesuai denga situasi.
E.
Counseling
Konseling merupakan masalah sentral dalam manajemen dan
pengembangan sumber daya manusia.Manajer sering terikat dalam banyak aktivitas
selama dalam kehidupan kerja normalnya yang disebutkan sebagai konseling.
Hal tersebut merupakan komponen alamiah dalam mengelola
orang sebagai aktivitas sehari-hari yang dapat timbul dari adanya umpan balik
langsung atau memainkan bagian penting dalam review kinerja. Konseling merupakan bagian tugas pentingseorang
manajer terhadap sumber daya manusia yang dipimpinnya.
1.
Pengertian
Konseling dimaksudkan sebagai setiap
aktivitas yang terjadi di tempat pekerjaan di mana seorang individu memikul
tanggung jawab atas dan mengelola pengambilan keputusannya sendiri, baik yang
bersifat ada hubungannya dengan pekerjaan atau bersifat pribadi (Armstrong dan
Baron, 1998:338).
Maksud yang paling penting dari
konseling adalah mendorong pekrja untuk menerima tanggung jawab lebih banyak
untuk kinerja dan pengembangannya sendiri.Hal yang dapat dirasakan dan
ditemukan orang untuk dirinya adalah seperti membuat pengaruh yang lebih besar
dalam perilakunya daripada setiap hal yang diberikan manajer pada mereka.
2.
Tahapan
Proses konseling dilakukan melalui
tahapan sebagai berikut :
a.
Recognation
and understanding yitu pengakuan dan
pemahaman terhadap keberadaan indicator
masalah dan isu yang dihadapi.
b.
Empowering
yaitu memberdayakan pekerja untuk memungkinkan mereka mengenal masalahnya
sendiri atau situasi dan mendorong mereka untuk menyatakannya, mengerjakan
solusi dan melakukan tindakan untuk mengimplementasikannya.
c.
Resourcing
dalam arti mengelola masalah termasuk memutuskan tentang bantuan lebih lanjut
bagi setiap individu yang memerlukan dari manajernya, seorang spesialis atau
sumber luar.
Namun, perlu diingat bahwa peran
konseling dimaksudkan untuk membantu orang menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan perilaku kerjanya.Manajer tidak dapat diharapkan berlaku amatir dalam
menangani kekacauan kepribadian atau setiap masalah lainnya. Apabila manajer
menghadapi masalah yang mereka yakini tidak dapat ditangani sebaiknya ia mengundang
profesioanal dari luar.
3.
Pendekatan
Pendekatan terbaik dalam konseling
bersifat nondirektif, artinya tidak sekadar memberitahu orang tentang apa
masalah mereka atau apa yang harus dilakukan. Menjalankan konseling labih baik
dilakukan melalui hal-hal sebagai berikut.
a.
Memerhatikan dengan cerdas dan memahami
Orag dalam kesulitan tidak boleh gagal mengambil
kesempatan apabila mereka didorong mendiskusikan masalah mereka dengan
pendengar yang simpatik.
b.
Menghindari Sifat Menghakimi
Sesi konseling bermaksud untuk membantu pekerja dan
bukan mengkritik mereka. Apabila seseorang terikat pada konseling yang bersifat
menghakimi, pekrja akan diam atau menjadi defensif.
c.
Mendefinisikan Masalah
Maksudnya adalah mendorong individu mendefinisikan
masalah bagi dirinya dengan bantuan mendengarkan dengan simpatik dan mengajukan
pertanyaan dengan berhati-hati.
d.
Mengubah Perspektif
Membicarakan masalahnya mungkin mengubah perspektif
orang dan mengarah pada pengembangan solusi.
e.
Tetap Waspada Dan Fleksibel
Pertemuan harus direncanakan untuk memutuskan tentang
bagaimana harus ditangani, tetapi atasan harus siap untuk mengubah arah apabila
diperoleh informasi baru.
f.
Mengamati Perilaku
Maksudnya adalah memerhatikan bagaimana orang berbicara
bereaksi dan merespons.
g.
Menyimpulkan Pertemuan
Membantu pekerja mencari solusi atas masalah yang
mereka hadapi sampai mereka dapat berjalan, mungkin denga bantuan dari manajer
atau orang professional lainnya.
4.
Keterampilan
Konseling merupakan suatu proses
keterampilan untuk melatih manajer mengembangkan
kemampuan memberikan konseling dengan cara: (1) mengidentifikasi masalah yang
dihadapi pekerja;(2) mengajukan pertanyaan secara terbuka dan tidak bersifat
direktif dengan memfokuskan pada masalahnya; (3) mendengarkan masalah yang
disampaikan dengan penuh perhatian, mengevaluasi, menginterprestasi dan member
dukungan pada pekerja; (4) mengembangkan sensitivitas dengan mempertimbangkan
nilai-nilai individu, (5) refleksi masalah dari sudut pandang individu; (6)
memberikan empati pada perasaan dan keinginan individu; (7) tidak memihak,
menahan diri untuk menentukan solusi; dan (8) mempunyai keyakinan bahwa pekerja
mempunyai sumber daya untuk memecahkan masalah mereka sendiri, sekalipun dengan
dukungan manajer.
F.
Perbedaan
Coaching, Mentoring, dan Conseling
1. Perbedaan
Coachingdan Mentoring
Di antara para penulis sering tidak
melakukan perbedaan secara nyata antara coaching
dan mentoring.Coaching dan mentoring dianggap sebagai masalah yang
sama. Namun, dalam pembahasan ini diusahakan untuk melakukan pembedaan di
antara keduanya karena meskipun tujuan akhirnya sama yaitu meningkatkan
kemampuan pekerja, pendekatannya berbeda.
Perbedaan antara coaching dan mentoring dapat dilihat dalam tujuannya, datangnya inisiatif, sifat
kesukarelaan, fokus, peran, jangka waktu, dan hubungannya.
a.
Tujuan Utama
Coaching bersifat mengoreksi
perilaku yang tidak sesuai, memperbaiki kinerja dan memberikan keterampilan yang
diperlukan pekrja untuk menerima tanggung jawab baru.Sementara itu, mentoring
bersifat memberikan dukungan dan membimbing pengembangan pribadi anak didik.Dalam
mentoring prakarsa harus datang dari bawah sedangkan yang lebih berpengalaman
membantu apabila diminta atau diperlukan.
b.
Inisiatif
Dalam coaching inisiatif untuk
melakukan coaching dating dari atas
untuk secara langsung memberikan pembelajaran kepada pekerja.Coaching menjadi kepentingan manajer
untuk meningkatkan kecakapan pekerja, sedangkan dalam mentoring, orang dimentor bertanggung
jawab atas pembelajarannya sehingga inisiatif dating dari pekerja yang memerlukan.
c.
Sifat Kesukarelaan
Dalam coaching yang terpenting adalah dilakukan melalui kesepakatan
bawahan untuk menerima coaching.Tidak
perlu bersifat sukarela.Sementara itu dalam mentoring baik mentor maupun anak
didik berpartisipasi secara sukarela.Anak didik merasakan adanya suatu
kebutuhan.
d.
Fokus
Dalam coaching, manajer memfokuskan pada persoalan yang perlu segera
diselesaikan dan merupakan kesempatan pembelajaran.Coaching lebih berkepentingan pad kinerja daripada pembelajarannya
sendiri.Sementara itu, pada mentoring manajer memfokuskan pada pengembangan
karier pribadi dalam jangka panjang.
e.
Peranan
Coaching
lebih menekankan pada peran manajer untuk memberitahu dengan umpan balik yang
tepat, sedangkan dalam mentoring,
terletak pada listening atau memerhatuikan, mengusahakan model peran, dan
membuat saran dan hubungan.
f.
Jangka Waktu
Coaching,
biasanya konsentrasi pada kebutuhan yang bersifat jangka
pendek.Mengadministrasikan berdasar kebutuhan.Mentoring merupakan kegiatan bersifat jangka panjang.
g.
Hubungan
Dalam Coaching,
seorang coach merupakan atasan dari coachee, sedangkan dalam mentoring,mentor jarang menjadi atasan
anak didik. Kebanyakan ahli menuntut bahwa mentor
bukan orang dalam rantai komando.
2. Perbedaan
Coaching dan Counselling
Sementara itu, terminology
lain yang sering diperdebatkan adalah antara coaching dan counseling. Keduanya sering dipergunakan untuk
mendeskripsikan pembicaraan yang terjadi di pekerjaan antara manajer dan
pekerja. Beberapa organisasi menggunakan kata tersebut saling bergantian untuk
mengartikan hal yang sama. Beberapa lainnya membedakan dua kata tersebut.
Kirkpatrick (2006:93) membedakan antara keduanya.Dalam coaching, biasanya manajer berinisiatif
melakukan diskusi yang dilakukan secara regular dan orientasinya pada
pekerjaan.Coaching bersifat positif
atau korektif menekankan peran manajer member perintah, melatih, dan mengajar
bawahannya. Manajer sering member nasehat spesifik tentang apa yang harus
dilakukan bawahan dan bagaimana melakukannya. Sasarannya adalah memperbaiki
kinerja pekerja sebagai individu atau anggota lain.
Sementara itu, dalam counseling, inisiatif diskusi biasanya
datang dari pekerja.Counseling dilakukan
apabila timbul masalah atau ketika pekerja merasakan adanya masalah yang perlu
untuk diselesaikan.
Persoalan yang dibicarakan dapat
bersifat pribadi atau berorientasi pada pekerjaan.Pada counseling pihak manajer harus lebih banyak memerhatikan keinginan
bawahan dan menghindari member nasihat spesifik dan membantu pekerja mengatasi
masalahnya sendiri.Sasaran counseling adalah
mengatasi persoalan spesifik dan/ atau melepaskan tegangan di pihak pekerja.
Dari pandangan tersebut, terlihat
bahwa terdapat kewjiban bagi manajer untuk meningkatkan kemampuan pekerja agar
dapat memberikan prestasi kerja lebih tinggi bagi organisasi. Aktivitas yang
harus dilakukan manajer kurang lebih sama dan sama- sama menyerap tenaga,
pikiran dan waktu manajer. Namun, hal tersebut harus dilakukan sebagai
konsekuensi kewajiban membina sumber daya manusia.Tentang perbedaan antara coaching, mentoring, atau counseling hanyalah merupakan perbedaan
dalam pendekatan saja, sedangkan tujuannya tetap pada meningkatkan kinerja
individu sebagai kontribusi pada organisasi.
G. Kecerdasan Kinerja
Mempunyai sumber daya manusia yang
mempunyai tingkat kecerdasan tinggi merupakan harapan setiap organisasi.Namun,
sangat sulit untuk mendapatkan tenaga kerja yang sudah memiliki tingkat
kecerdasan tertentu yang sesuai dengan kebutuhan pekerja.Adalah menjadi
kewajiban pemimpin untuk mengarahkan kepada tenaga kerjanya agar kecerdasannya
meningkat, sehingga dapat memberikan kontribusi lebih besar pada organisasi.
Dengan kecerdasan kinerja atau performance intelligence dimaksudkan
oleh Julie Bell (2009:42) sebagai kemampuan untuk menampilkan yang terbaik
ketika mengahadapi banyak masalah..Orang mempunyai kecverdasan kinerja dapat
menggunakan kekuatan, bakat, ketrampilan, dan sumber daya pada saat yang tepat,
di tempat yang tepat, dan dalam bentuk yang tepat.
Banyak orang dapat memberikan
kinerja terbaik ketika perekonomian sedang berkembang dan hanya logo yang
diperlukan untuk mengembangkan bisnis. Tetapi apa yang terjadi ketika kondisi
berkembang sebaliknya, perekonomian sulit, pengangguran tinggi, pasar saham
jatuh, dan kompetisi memenangkan pangsa pasar. Pada umumnya orang mempunyai
kinerja baik apabila situasi normal sehingga kinerjanya mengalir begitu saja.
Yang diperlukan adalah mind of a champion, pikiran seorang
juara, untuk memperbesar jumlah orang yang dapat memberikan kinerja terbaik
dalam kesengsaraan, melanjutkan dan mengemudikan organisasi melalui iklim yang
menantang. Kecerdasan kinerja bersangkutan dengan pemahaman tentang dimana kita
sekarang, kemana kita akan menuju, dan bagaimana kita mencapainya.
Hasil akhirnya dapat diperoleh
dengan mendapatkan orang yang dapat berpikir secara berbeda.Performance intelligence berbeda dengan coaching, tetapi bersifat komplementer
karena ditujukan pada pemikiran dibelakang teknik.Performance intelligence adalah tentang pemikiran ( Julie Bell,
2009:44 ). Kecerdasan kinerja memperkuat kemampuan memahami situasi dan kondisi
dan tetap mengerjakan yang terbaik.
Kecerdasan kinerja mempunyai lima
attribut, yaitu: focus, confidence,
winning game plan, self –dicipline, dan competitiveness (Julie Bell,
2009:48)
1. Focus
Setiap orang mengetahui bagaimana
memfokus, tetapi tidak mengetahui kearah mana ditujukan. Pada umumnya orang
mempunyai focus tunggal dengan
memfokus pada kemenangan atau tidak kalah dan dengan memfokus pada kesalahan
masa lalu.
Dalam dunia yang penuh dengan banyak
tugas atau multitasking, maka banyak hal berkompetisi untuk mendapatkan focus seseorang. Mengerjakan yang
terbaik ketika menghadapi masalah terpenting adalah focus tunggal. Kita dapat menjalankan banyak tugas, tetapi untuk
masing-masing tugas tambahan, perhatian kita menurun dan focus kita juga menurun. Di sini kita akan kehilangan efektivitas.
Focus
adalah masalah memberikan perhatian pada apa yang paling penting pada saat
yang tepat. Hal ini tidak berarti bahwa gangguan hilang, tetapi kita dalam
kendali focus kita. Meskipun top performer karena mereka dapat focus melalui sebuah kesalahan. Mereka
memfokus pada koreksi, yang memerlukan identifikasi informasi tentang apa yang
harus dilakukan.
2. Confidence
Kepercayaan mempengaruhi semua hal
yang dilakukan orang. Kesalahan yang sering dilakukan adalah (a) menjadi
percaya diri terhadap hasil daripada proses yang menciptakan hasil, (b)
mempunyai semua kepercayaan atau tidak sama sekali.
Dalam banyak hal, kita tidak dapat
percaya 100% pada hasil, karena kita tidak dapat mengendalikan sepenuhnya semua
variable. Di samping kepercayaan pada
hasil, kita harus melihat proses yang menciptakan hasil. Cara berpikir demikian
akan memungkinkan kita percaya diri sekarang dan menjadi percaya diri tentang
mencapai tujuan masa depan.
Hampir setiap orang mempunyai sejarah
keberhasilan. Ketika mendekati kepercayaan dengan perspektif semua atau tidak
sama sekali, kita tidak mengambil keuntungan penuh dari kepercayaan yang telah
kita miliki. Kita harus mengambil tugas yang sedang dikerjakan dan memecahnya
ke dalam komponen dasar dan mengidentifikasi keterampilan spesifik dan perlu.
Dengan menggunakan pengalaman sejarah keberhasilan dengan keterampilan tersebut
membangun kepercayaan kita satu langkah pada waktu yang sama.
3. Winning Game-Plan
Winning
Game-Plane bukan sekadar winning
plan, tetapi akan mendefinisikan kemenangan. Hal ini akan memungkinkan kita
melihat apa yang berjalan dan apa yang tidak berjalan. Kita harus menjalankan
dengan penuh kepercayaan.
Tidak setiap orang mendefinisikan
kemenangan dengan cara yang sama, seperti halnya dengan motivasi. Winning game plan dimulai dengan
definisi pribadi tentang keberhasilan. Pada umumnya orang lebih suka
membicarakan apa yang tidak berjalan. Winning
game plan dimulai dengan mempelajari apa yang berjalan. Aspek yang berjalan
dalam hidup kita yang menciptakan keberhasilan kita sekarang adalah bangunan
penghalang dari winning game plan
kita.
Kita juga harus melihat apa yang
tidak berjalan dengan memerhatikan hasil yang tidak kita harapkan. Kita akan
melihat tindakan yang menciptakan hasil, kemudian meneliti dengan cermat
pemikiran di belakang tindakan yang menyebabkan hasil yang tidak kita harapkan.
Setelah menciptakan winning game plan, kemudian
melaksanakan. Apabila kita mempunyai kepercayaan terhadap winning game plan
kita, maka kita akan memahami manfaat dari menghargai diri kita sendiri
terhadap pelaksanaan daripada menunggu angka atau ukuran lain untuk mengindikasi
bahwa sudah waktunya memberikan kita penghargaan. Apabila hal ini memebuat kita
gelisah, maka kita hanya mempunyai game
plan dan bukannya winning game plan.
4. Self-Discipline
Disiplin diri mempunyai dua
sisi.Dimulai dengan keinginan untuk memperbaiki atau berubah.Disiplin diri
melibatkan akuntabilitas secara sukarela, yang menetapkan tahapan untuk coaching yang sebenarnya.
Apabila kita minta orang dalam
organisasi agar mereka meningkatkan kinerjanya ke tingkat yang lebih tinggi,
mereka segera menyatakan persetujuannya.Sebagian besar orang tersebut bahkan
mengikuti kursus atau pelatihan untuk memperbaiki keterampilannya.Tetapi tidak
kurang yang membuat kesalahan dengan mendatangi supervisor atau manajer minta
diberi coaching tanpa disiplin diri,
sehingga coaching dirasakan seperti
diminta menghadap pimpinan.
Disiplin diri yang merupakan bagian
kecerdasan kinerja melibatkan akuntabilitas secara sukarela, melepaskan the coach dalam diri kita.Semakin rendah
disiplin diri, semakin besar perlunya akuntabilitas secara sukarela.
5. Competitiveness
Untuk menjadi yang terbaik ketika
menghadapi masalah paling berat, kita harus mempunyai keinginan internal untuk
menang. Kebanyakan orang berpikir hal ini seperti bersaing melawan orang lain.
Bentuknya bias ‘ I win you lose’,
yaitu bahkan lebih buruk lagi ‘you win I
lose’.
Daya saing sebagai atribut
kecerdasan kinerja menyusun kembali hubungan ‘win lose’. Untuk meningkatkan kinerja ke tingkat lebih tinggi,
kita harus mulai dengan melihat scenario‘win-win’.Kita
juga harus berkompetisi dengan diri kita sendiri.Daya saing adalah tentang
membawa permainan pada tingkat selanjutnya daripada sekadar mengalahkan. Sekali
kita memahami dampak pelatihan atribut kecerdasan kinerja akan terdapat dalam
permainan, kita akan perlu alat untuk berlatih. Performance training center akan dapat memperlengkapi kita untuk
mendapatkan yang terbaik ketika menghadapi persoalan paling sulit.